Tragedi Kanjuruhan, Kericuhan Suporter dengan Korban Terbanyak Setelah Peru 1958

Tragedi Kanjuruhan, Kericuhan Suporter dengan Korban Terbanyak Setelah Peru 1958
Sejumlah oknum Aremania masuk ke lapangan Stadion Kanjuruhan, Malang. Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto/pras

"Karena gas air mata itu, mereka (suporter, red) pergi ke satu titik, di pintu keluar, kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak napas, kekurangan oksigen,"ungkap Kapolda Jatim Irjen Nico.

Jumlah korban jiwa kerusuhan di Stadion Kanjuruhan melampaui tragedi di Accra Sports Stadium, Ghana, yang sebelumnya menempati peringkat kedua. 

Korban jiwa dalam tragedi yang terjadi pada 9 Mei 2001 itu mencapai 126 orang.

Namun, tragedi paling memilukan dalam sejarah sepak bola yang merenggut lebih banyak korban jiwa terjadi di Peru pada 1958.

Saat itu, sekitar 40 ribu penonton memadati Stadion Nasional, Lima, untuk menyaksikan laga Peru vs Argentina.

Namun, suporter mengamuk beberapa menit mejelang laga usai. Pemicunya ialah saat wasit menganulir gol penyeimbang skor Peru saat tim tuan rumah tertinggal 0-1 dari Argentina.

Fan Peru yang tidak terima mencoba masuk ke lapangan sehingga kericuhan tak bisa dihindarkan. Korban tewas akibat insiden itu mencapai 320 orang.(theguardian/mcr15/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:

Tragedi Kanjuruhan, kericuhan suporter dengan korban jiwa terbanyak setelah Peru 1958


Redaktur & Reporter : Dhiya Muhammad El-Labib

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News