Transaksi di Zona Bebas, Gunakan Ringgit dan Rupiah

Transaksi di Zona Bebas, Gunakan Ringgit dan Rupiah
Transaksi di Zona Bebas, Gunakan Ringgit dan Rupiah

“Di sini sudah saling kenal. Kalau ada barang biasa saya lempar ke Malaysia. Harganya lumayan,” kata Donata saat ditemui tengah berjualan di wilayah free zone, pekan lalu.

Donata biasa mengangkut barang-barang yang hendak dijual dengan sepeda motornya. Barang-barang itu biasa dimasukkan ke sebuah keranjang yang diletakkan di jok belakang sepeda motornya. Ketimbang harus membawa barang tersebut ke ibukota Sambas Donata memang lebih memilih membawa ke perbatasan. Buruknya kondisi jalan menuju Sambas menjadi alasannya.

“Jalan ke Sambas masih belum jadi. Kondisinya masih rusak. Kalau harus bawa barang ke sana ongkosnya lebih mahal. Mending dibawa ke perbatasan. Lebih dekat, lebih kecil ongkosnya,” jelas Donata.  

Perbatasan Aruk di Kabupaten Sambas sudah dibuka sejak 2011. Namun perbatasan ini masih tampak sepi. Buruknya akses jalan dari Sambas menuju perbatasan menjadi biang keladinya.
Padahal, banyak warga yang mengandalkan berbagai kebutuhan dari Malaysia. Warga di perbatasan biasa membeli berbagai kebutuhan hidup di Malaysia mulai dari gas, minyak makan, beras, hingga gula.

Saat menuju perbatasan ini, kami kerap melihat warga yang mengendarai sepeda motor membawa setumpuk barang di belakang motornya yang diselimuti terpal. Roni Musdi, tukang ojek yang mengantar kami ke Perbatasan Aruk mengatakan, barang-barang yang dibawa pengemudi motor tersebut adalah gula Malaysia.
Biasanya mereka berangkat dengan rombongan yang terdiri lima hingga enam orang. Warga perbatasan kerap menyebut mereka pasukan semut.  “Kalau kebetulan terjadi apa-apa di jalan mereka bisa saling menolong. Karena itu mereka selalu berangkat rombongan,” ujar Roni.

Tidak terbayang bagaimana sulitnya para  pasukan semut ini melewati jalan yang rusak itu. Terkadang mereka harus melewati jalan yang naik turun dengan membawa muatan yang kerap melebihi kapasitas itu. “Itulah perjuangan warga di sini untuk mencari rezeki. Sangat berat,” kata Roni. Biasanya gula yang dibawa para pasukan semut itu dijual di wilayah Indonesia.
Mereka biasa memasok gula-gula tersebut ke sejumlah warung terutama di Sajingan Besar. Sajingan Besar adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sambas. Kecamatan ini sering disebut sebagai Sajingan saja, yang sebenarnya bisa membingungkan. Sebab di tempat lain terdapat juga Sajingan Kecil, sebuah dusun di Kecamatan Sejangkung, Sambas.

Perbatasan Aruk terletak di Kecamatan Sajingan Besar. Perbatasan ini masuk secara administrasi masuk ke wilayah Desa Sebunga, yang merupakan desa terdekat dari Sarawak, Malaysia.
Kepala Desa Sebunga, Nampe Bayang, mengatakan selain buah-buahan, para penduduk  di perbatasan juga kerap menjual berbagai hasil pertanian lain ke Malaysia. Sebut saja Lada atau biasa disebut sahang. Wilayah perbatasan memang terkenal akan produksi ladanya. Di Malaysia, harga lada memang jauh lebih mahal ketimbang di Indonesia.

Menurut nampe, warga di perbatasan sudah lama memiliki hubungan dengan warga di perbatasan bahkan sebelum pos pemeriksaan Aruk dibangun.  Dulu bahkan mereka bisa masuk ke Malaysia tanpa harus memiliki dokumen, baik paspor maupun pas lintas batas.

Di Perbatasan Aruk, Sambas ada satu kawasan yang disebut zona bebas (free zone). Di kawasan ini, setiap pagi ada aktivitas jual beli yang melibatkan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News