Tren Gaya Hidup Berubah, Mal Bukan Lagi Tempat Belanja

Tren Gaya Hidup Berubah, Mal Bukan Lagi Tempat Belanja
IDOLA ANAK-ANAK: Dua boneka karakter tokoh animasi Yo-kai Watch menghibur dan berdansa bersama pengunjung di Atrium Tunjungan Plaza Surabaya, Rabu (18/1). Pertunjukan tersebut digelar untuk memeriahkan momentum Imlek di Tunjungan Plaza. Foto Andy Satria/Radar Surabaya/JPNN.com

jpnn.com, SURABAYA - Perubahan gaya hidup membuat masyarakat kini lebih banyak pergi ke mal untuk menikmati leisure, kuliner, atau sekadar kongko.

Pelaku usaha pun tanggap dengan perubahan tersebut. Konsep pusat perbelanjaan diperbarui.

Tidak heran, saat ini keberadaan lifestyle mall kian menjamur, termasuk di Surabaya.

Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Jatim Sutandi Purnomosidi mengungkapkan, berbeda dengan konsep konvensional, lifestyle mall mengusung lebih banyak tenant food and beverage.

”Munculnya lifestyle mall sebagai konsekuensi makin tingginya daya beli masyarakat untuk menikmati leisure dan kuliner dan itu kian semarak pada 2018,” ujar Sutandi, Senin (1/1).

Di dalam lifestyle mall, tenant food and beverage cukup mendominasi dibandingkan tenant yang lain.

Namun, tidak ada konsep atau komposisi tertentu terkait tenant secara baku.

”Mengembangkan lifestyle mall tidak terlepas dari kejelian pengembang untuk meramu tenant mix yang sesuai dengan keinginan pasar,” jelas Sutandi.

Perubahan gaya hidup membuat masyarakat kini lebih banyak pergi ke mal untuk menikmati leisure, kuliner, atau sekadar kongko.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News