Tuding Petahana Curang, Oposisi Australia Tetap Legawa Mengaku Kalah

Tuding Petahana Curang, Oposisi Australia Tetap Legawa Mengaku Kalah
Pemimpin Partai Buruh Australia Bill Shorten mengakui kekalahan pihaknya dari petahana, meski hasil resmi pemilu belum diumumkan. Foto: ABC

''Saya juga tidak akan maju dalam pemilihan ketua Partai Buruh berikutnya," kata Shorten dengan wajah sendu dalam pidato tadi malam sebagaimana dikutip BBC. Komisi Pemilu Australia baru akan mengumumkan hasil resmi pada 1 Juni.

Shorten memang menuding bahwa koalisi Partai Liberal yang merupakan petahana melakukan kampanye kotor untuk menghadang laju koalisi Partai Buruh sebagai oposisi. Namun, dia tetap mengakui hasil penghitungan sementara.

Salah satu kunci kemenangan Liberal kali ini adalah ''senjata makan tuan''. Buruh berjanji menaikkan pajak pendapatan terhadap kaum kaya dan mendongkrak gaji untuk kalangan menengah ke bawah. Selain itu, Buruh berencana mengubah sistem politik Australia menjadi republik.

Bisa jadi jualan Buruh itu terlalu agresif bagi banyak warga Australia yang lebih menaruh perhatian terhadap biaya hidup, lingkungan, dan kesehatan. Koalisi Liberal yang beraliran konservatif, tengah-kanan, memanfaatkannya.

Bekerja sama dengan Rupert Murdoch, taipan pemilik News Corps, perusahaan media yang sangat kanan, Morrison menyebut agenda politik lawan yang sangat ''kiri" itu bisa memakan banyak korban. Terutama kalangan warga senior dan berpunya.

Strategi itu berhasil. Wilayah andalan oposisi seperti Negara Bagian Queensland pun jatuh ke tangan petahana. ''Kemenangan ini milik rakyat Australia. Saya selalu percaya keajaiban akan terjadi,'' ungkap Morrison sebagaimana dikutip BBC.

Bisa dibilang Morrison berjuang sendirian mengubah kekalahan di depan mata menjadi kemenangan di bilik suara. Dalam kurun 11 jam terakhir sebelum pemilihan, dia bisa meyakinkan warga Australia bahwa kalau mau negara mereka stabil, dialah sosok yang paling bisa dipercaya.

Kestabilan politik tersebut penting bagi Australia. Negeri jiran Indonesia itu menghelat pemilu tiap tiga tahun. Tapi, sejak 2007, tak ada satu pun PM yang bisa menjabat secara penuh. (*/c17/ttg)


Meski menuding petahana melakukan kampanye kotor, pihak oposisi Australia tetap mengakui kekalahan berdasarkan hasil penghitungan suara sementara.


Redaktur & Reporter : Adil

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News