Ulas Jejak Hayat Hingga Idiologi Pendiri HMI

Ulas Jejak Hayat Hingga Idiologi Pendiri HMI
Dewan Penasehat KAHMI Nasional, Dr. Akbar Tandjung sebagai keynote speaker pada Seminar Nasional bertajuk “Lafran Pane Dalam Pusaran Sejarah Perjuangan Bangsa” yang digagas Majelis Wilayah KAHMI Maluku Utara (Malut), di Aula Nuku Gedung Rektorat Universitas Khairun Ternate. FOTO: Malut Post/JPNN.com

Menurut Abdurrahman, sosok dengan pengaruh positif sebesar itu layak dianugerahi gelar pahlawan nasional.

”Semakin tua, beliau (Lafran Pane, red) semakin jarang berkata-kata di forum. Beliau ingin memberi kesempatan kepada adik-adiknya untuk berbicara tentang bangsa. Beliau ingin ada regenerasi, agar perjuangannya dapat dilanjutkan oleh para penerus,” ulasnya seperti dilansir Malut Post (Grup JPNN).

Semangat berorganisasi dan kecintaannya pada negara juga agama, kata Abdurrahman, merupakan hal-hal yang harus ditelurkan pada kader HMI maupun keluarga mereka. Lafran yang menemukan betapa minimnya diskusi mengenai keislaman di kalangan pemuda kemudian menerapkan perilaku yang bertolak belakang dengan kenyataan yang ditemuinya. ”Beliau berpikir, jika generasi muda tidak pernah berbicara tentang hal-hal yang berbau spiritual dan hanya memikirkan hal-hal yang berbau material, maka ini berbahaya untuk bangsa ke depan. Maka beliau menggalakkan ideologi kebangsaan yang bernapaskan Islam dalam HMI ini,” sambung Abdurrahman.

Usman Nomay, akademisi yang juga sejarawan IAIN, kemudian melanjutkan dengan nukilan sejarah mengenai perjuangan Lafran Pane yang menjadi rujukan generasi muda hingga kini. Lafran, sosok yang konsisten, memiliki prinsip, jujur, dan sederhana, amat terinspirasi dari lima sifat Muhammad SAW, yakni siddiq, istikamah, fathanah, amanah, dan tabligh. Pria kelahiran Padang Sidempuan ini disebut sebagai salah satu creative minority yang mau mengorbankan jabatannya untuk masa depan orang lain untuk mengisi kemerdekaan Indonesia.

”Bersama pemuda dan mahasiswa Indonesia, Lafran Pane mengikrarkan penolakan kemerdekaan Indonesia sebagai hadiah Jepang. Saat itu aktivitas mahasiswa tidak bisa bebas dilakukan. Maka pemuda-pemuda ini memilih berdiskusi di asrama-asrama mahasiswa,” papar Usman.

Pandangan yang bersifat jauh lebih pribadi dituturkan oleh Musrijoni Nabiu. Joni, sapaan karibnya, pernah menjadi mahasiswa Lafran Pane di Universitas Islam Indonesia (UII). Menurut Joni, sifat-sifat menonjol dari pribadi seorang Lafran diantaranya adalah sederhana, disiplin, dan tegas. Kesederhanaan Lafran Pane salah satunya tercermin dari kebiasaannya menggunakan sepeda onthel untuk bepergian ke mana-mana. Padahal selain sebagai seorang guru besar, Lafran juga merupakan anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) RI.

”Selain penampilan, perilaku Pak Lafran pun amat sederhana. Beliau selalu bergaul dengan mahasiswanya sebelum perkuliahan dimulai,” tutur Joni.

Seorang Lafran Pane juga dikenal sebagai pribadi yang disiplin. Setengah jam sebelum jam mengajarnya, suami dari Martha Dewi itu pasti sudah berada di depan kelas. Ia juga merupakan dosen yang terkenal keras dalam hal pemberian nilai kepada mahasiswa. Tak ayal, kelas Lafran Pane selalu diisi ratusan mahasiswa yang berkali-kali dinyatakan tak lulus mata kuliah yang diampunya. Ketegasan juga menjadi salah satu sifat yang menonjol dari diri Lafran.

Prof Drs. H Lafran Pane dikenal sebagai pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Lewat organisasi yang ia dirikan di Yogyakarta 69 tahun silam itu,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News