Unjuk Rasa di Depan Kedubes Vietnam, Massa Perami Tolak Aktivitas Agresif di ZEE RI dan LCS

Unjuk Rasa di Depan Kedubes Vietnam, Massa Perami Tolak Aktivitas Agresif di ZEE RI dan LCS
Massa yang tergabung dalam Peradaban Maritim Indonesia (Perami) saat menggelar unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Vietnam di Jakarta. Foto: Dokumentasi Perami

jpnn.com, JAKARTA - Massa yang tergabung dalam Peradaban Maritim Indonesia (Perami) melakukan dua kali aksi demontrasi, yakni 10 dan 23 Agustus di depan Kedutaan Besar (Kedubes) Vietnam di Jakarta.

Mereka menolak aktivitas agresif di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) RI dan Laut Cina Selatan (LCS) kepada Vietnam.

Unjuk rasa dua kali tersebut sempat diwarnai aksi saling dorong dengan aparat keamanan serta pembakaran ban dan poster penolakan terhadap tindakan agresif Vietnam di LCS.

Ketua Perami Ariantomi Yandra menegaskan pihaknya menentang dengan keras praktik-praktik yang telah dilakukan Vietnam, seperti ilegal fishing di ZEE RI, reklamasi ilegal bahkan lakukan gerakan militerisasi di LCS.

Pada pertemuan teknis ke-17 Penetapan Batas ZEE RI-Vietnam diselenggarakan di Jakarta pada 14-16 Desember 2022, kedua pihak merampungkan perundingan ZEE dan Indonesia dinilai memberikan konsesi kepada Vietnam.

"Kami menilai pemberian konsesi ZEE kepada Vietnam ini merugikan Indonesia, karena menyangkut kedaulatan laut. Padahal kedaulatan laut ini tidak bisa di tawar menawar," tegas Tomi, sapaan akrab Ariantomi Yandra.

Dia juga menyampaikan pemberian konsesi tersubut juga berdampak terhadap nelayan lokal, karena wilayah tangkap mereka terus terganggu oleh adanya kapal-kapal Vietnam.

"Konsesi tersebut juga merugikan nelayan lokal dalam mencari pemghidupan, sementara di sisi lain Vietnam terus menerus dengan masif tanpa itikad baik melakukan residivis," ujarnya.

Massa Perami menyampaikan lima tuntutan saat menggelar unjuk rasa di depan Kedubes Vietnam terkait aktivitas agresif di ZEE RI dan LCS

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News