Untuk Warga Kota Semarang: Mau PSBB atau Patuh Physical Distancing?

Untuk Warga Kota Semarang: Mau PSBB atau Patuh Physical Distancing?
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo berkeliling menegur warga yang masih duduk berkumpul di luar rumah. Foto: Ist

Penerapan PSBB memang bukan satu-satunya jalan yang disodorkan oleh Ganjar. Asalkan, masyarakat patuh dalam mengikuti arahan pemerintah dalam melakukan social distancing maupun physical distancing sebagai upaya pencegahan penularan COVID-19.

Ganjar menambahkan PSBB bisa diterapkan jika suatu daerah mengalami tren atau peningkatan kasus positif virus corona yang tinggi.

Sementara, di Kota Semarang saat ini jumlah kasus positif virus corona telah mencapai angka 128, atau sekitar 36,4% dari total kasus di Jateng.

“Sebisa mungkin PSBB itu kita tahan. Tapi, bagi daerah yang peningkatan signifikan ya PSBB harus disiapkan,” katanya.

Dibanding PSBB, Ganjar mengaku sebenarnya lebih setuju dengan cara desa dalam menangani persebaran virus corona.

Dia mencontohkan, satu kampung di Semarang yang melakukan isolasi secara mandiri, dengan melakukan pembatasan warganya untuk berkeliaran.

“Saat hari pertama dan kedua banyak yang protes. Hari ketiga sistem pasar untuk memenuhi kebutuhan warganya datang sendiri. Konsep inilah yang harus diterapkan. Desa itu mengajarkan kita untuk gotong royong, gugur gunung, kerik deso, dan lumbung pangan. Kalau konsep ini diterapkan, PSBB bisa dihindari,” pungkas Ganjar. (flo/jpnn)

Pemkot Semarang sedang mempertimbangkan untuk menerapkan PSBB di kota tersebut jika masyarakat sulit diatur untuk mematuhi protokol kesehatan cegah penyebaran covid-19.


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News