Upah Buruh Indonesia Tinggi, Investor Jepang Berkurang

Menurut Keishi, laporan juga menyebutkan, 80 persen responden menyatakan keuntungan dalam berinvestasi di Indonesia adalah skala pasar atau potensi pertumbuhan.
Pada 2013 lalu ada 73,2 persen responden yang menyebut infrastruktur yang tidak memadai sebagai risiko investasi.
Namun, pada 2018 turun menjadi 52,5 persen. Hal itu bisa dilihat sebagai keberhasilan langkah kebijakan pemerintah.
”Masalah ketidakpastian kebijakan pemda akan menjadi isu pada masa mendatang. Sebab, sejak 2009 hingga 2018, responden mengatakan tidak ada perubahan yang signifikan,” tutur Keishi.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Kadin Rosan Roeslani menyebutkan, memang kenaikan upah buruh di Indonesia relatif tinggi.
Untuk itu, produktivitas tetap harus diperhatikan. Menurut Rosan, produktivitas itulah yang menjadi masukan dari dunia usaha dan investor luar.
”Di satu sisi kita tahu upah buruh naik tiap tahun, tetapi pengukuran dari produktivitas itu perlu dipikirkan. Kalau tidak, perbandingan antara produktivitas dan cost akan makin renggang,” ujar Rosan. (agf/c7/oki)
Tren kenaikan upah buruh dan biaya produksi berpotensi membuat minat ekspansi investor asing, khususnya dari Jepang, melandai.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Investasi Jateng di Triwulan I-2025 Capai Rp 21 Triliun
- Pelindo & Kemenhub Dorong Investasi di Sektor Maritim Lewat Indonesia Maritime Week 2025
- Hasil Semifinal Sudirman Cup 2025: China Mengerikan, Jepang Hancur
- MDI Ventures lewat Amvesindo Ambil Peran dalam Peluncuran Maturation Map
- Realisasi Investasi Jakarta Triwulan I-2025 Capai Rp 69,8 Triliun, Tertinggi di Indonesia
- Sudirman Cup 2025: Sempat Tertinggal 0-2, Jepang Mengalahkan Malaysia