Usia Hidup Orang Indonesia Berkurang Beberapa Tahun Gegara Polusi

Usia Hidup Orang Indonesia Berkurang Beberapa Tahun Gegara Polusi
Ilustrasi polusi udara di DKI Jakarta. Foto: Ricardo/jpnn.com

Setelah bencana Kabut Asap Asia Tenggara 2015 menyebabkan kerusakan kesehatan dan ekonomi internasional, Presiden Joko Widodo memberlakukan moratorium pengembangan lahan gambut baru dan mendirikan Badan Restorasi Gambut (BRG).

Upaya BRG untuk menggenangi kembali lahan gambut yang terdegradasi disebut sebagai salah satu kemungkinan alasan mengapa Indonesia baru-baru ini mengalami lebih sedikit kebakaran.

Pada 2018, AQLI mencatat luas lahan yang mengalami kebakaran hanya 7 persen dari luas lahan yang mengalami kebakaran pada 2015.

"Namun karena sebagian lahan yang terbakar pada 2018 diprioritaskan untuk restorasi gambut atau terlindung dari drainase, tidak jelas apakah penurunan kebakaran baru-baru ini disebabkan oleh upaya pemerintah atau kondisi cuaca yang lebih baik," katanya.

Tantangan ganda pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan yang dihadapi Indonesia saat ini tidak berbeda dengan yang pernah dihadapi oleh London, Inggris, Los Angeles, California, atau Osaka, Jepang — yang dulu dijuluki the big smoke, the smog capital of the world dan smoke capital — selama periode industrialisasi mereka.

Warisan perbaikan lingkungan itu adalah bukti bahwa tantangan polusi di Indonesia dapat dipecahkan.

Faktanya, Tiongkok telah mencetak kemajuan luar biasa dalam meningkatkan kualitas udara dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2014, pemerintah mendeklarasikan “perang melawan polusi” dan melembagakan rencana nasional untuk menghadapinya.

Menurut data satelit, polusi partikulat di kota-kota Tiongkok telah berkurang rata-rata sekitar 30 persen sejak perang melawan polusi dicanangkan.

Polusi diperkirakan mengurangi usia hidup orang Indonesia yang tinggal di perkotaan hingga beberapa tahun

Sumber ANTARA

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News