Utang Swasta Mulai Tak Sehat

Rasio terhadap Modal Sudah Terlalu Tinggi

Utang Swasta Mulai Tak Sehat
Utang Swasta Mulai Tak Sehat

jpnn.com - JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mewaspadai tren peningkatan utang luar negeri swasta yang lebih tinggi daripada pemerintah. Apalagi, otoritas moneter tersebut mengendus adanya praktik utang swasta yang melebihi kebutuhan. Hal itu dikhawatirkan akan berpengaruh buruk bagi perusahaan.

“Ada kecenderungan beberapa korporasi yang meminjam di atas jumlah yang sehat bagi perusahaan itu,” kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta kemarin (9/4). Kendati tidak memerinci perusahaan tersebut, dia menyatakan hampir seluruh korporasi di berbagai sektor, termasuk BUMN, meminjam dalam jumlah cukup besar.

Menurut Agus, seharusnya perusahaan mempertimbangkan tingkat kesehatan pembiayaan. Antara lain, menjaga rasio pembiayaan, baik dari sisi permodalan, utang, maupun obligasi. Dalam hal itu, kata Agus, pihaknya tetap mendukung utang dagang yang terkait dengan sektor produktif. Sebaliknya, untuk utang modal kerja umum maupun pinjaman berbentuk investasi lain harus diyakinkan bahwa posisi utang dan modal tersebut sehat.

"Kalau modal terlalu kecil, akibatnya rasio utang terhadap modal terlalu tinggi. Itu perlu dijaga sehingga tidak membuat perusahaan menjadi lemah kalau ada guncangan," paparnya.

Merujuk data BI, utang luar negeri Indonesia pada Januari 2014 tercatat USD 269,3 miliar, atau tumbuh 7,1 persen (YoY -year-on-year). Pertumbuhan itu lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada Desember 2013 sebesar 4,6 persen (YoY). Posisi utang luar negeri sektor publik atau pemerintah hanya tumbuh 1,9 persen (YoY) menjadi USD 127,9 miliar. Sebaliknya, posisi utang luar negeri swasta tumbuh lebih pesat 12,2 persen YoY menjadi USD 141,4 miliar.

Berdasar jangka waktu, pada Januari 2014, utang luar negeri berjangka panjang tercatat USD 222,8 miliar, atau mencapai 82,7 persen dari total utang luar negeri. Dari jumlah tersebut, utang mancanegara pemerintah berjangka panjang USD 121,5 miliar atau 95,0 persen dari nilai total. Sebaliknya, utang luar negeri jangka panjang sektor swasta USD 101,3 miliar atau 71,7 persen dari total.

Agus menerangkan, pihaknya telah menyampaikan imbauan berulang-ulang kepada perseroan mengenai tingkat kesehatan utang. Namun, jika tidak direspons dengan baik, tidak tertutup kemungkinan otoritas moneter bakal membuat peraturan yang ketat mengenai utang luar negeri.

“Sekarang ini sifatnya imbauan. Tapi, tentu kalau imbauan ini tidak dilaksanakan, BI akan mengambil langkah-langkah untuk menjaga kesehatan ekonomi kita,” tegasnya.

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mewaspadai tren peningkatan utang luar negeri swasta yang lebih tinggi daripada pemerintah. Apalagi, otoritas moneter

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News