Vaksinasi Dua Dosis Berikan Perlindungan Lebih Baik dari Virus Corona Varian Delta
Dalam sidang yang melibatkan TGA terungkap alasannya adalah kemungkinan dampak jangka panjang akibat penggumpalan darah bagi mereka yang mendapat vaksin AstraZeneca.
Pekan lalu, para pakar mengenai vaksin di Australia yang tergabung dalam Kelompok Penasehat Teknik Mengenai Imunisasi (ATAGI) mengubah petunjuk karena kasus penggumpalan darah yang disebut sindroma thrombocytopenia (TTS).
Salah satu ketua ATAGI, Christopher Blyth, mengatakan risiko seseorang meninggal karena penggumpalan darah setelah mendapat vaksin AstraZeneca adalah 1 dalam 2 juta orang.
Sementara seseorang mengalami penggumpalan darah pada umumnya adalah tiga sampai empat persen, menurut data di Australia.
Tetapi Dr Blyth menjelaskan keputusan ATAGI mengubah kebijakan adalah karena adanya dampak jangka panjang dari sekitar 60 warga Australia yang sudah mengalami penggumpalan darah setelah mendapatkan vaksin.
"Resiko kematian memang lebih rendah, namun saya kira kita harus mempertimbangkan hal lain, bukan saja soal kematian."
"Sejumlah warga Australia mengalami dampak buruk dari kasus penggumpalan darah dan mereka adalah individu yang lebih muda, dan dampak buruk ini dalam pandangan saya sama pentingnya dengan kematian."
"Dari itu, sejumlah individu tersebut akan mengalami komplikasi jangka panjang dari apa yang mereka alami."
Varian delta lebih cepat menular, namun masih bisa ditangani dengan vaksin yang sudah ada
- Dunia Hari Ini: Indonesia Kalah Melawan Irak Dalam Piala Asia U-23
- Orang Utan Sumatra, Hewan Liar yang Bisa Mengobati Dirinya Sendiri dengan Tanaman Obat
- Dunia Hari Ini: Jalan Raya di Guangdong Runtuh, 24 Orang Tewas
- Banyak Pekerja Start-Up yang Belum Tahu Haknya Sebagai Buruh
- Dunia Hari Ini: Ratusan Ribu Buruh Indonesia Turun ke Jalan Rayakan May Day
- Dunia Hari Ini: Aktivitas Gunung Ruang Kembali Meningkat