Warga Indonesia Berusaha Mematahkan Stigma Perkawinan Campur dengan Terbuka Membicarakannya

Ia membatasi interaksi dengan orang-orang di luar rumah dan menghabiskan kebanyakan waktunya di rumah demi menghindari stigma.
"Itu satu-satunya cara," katanya.
Mematahkan stigma
Muntini bukanlah satu-satunya warga Indonesia dalam perkawinan campur yang mengalami hal ini.
Yani Lauwoie, konsultan komunikasi di Australia, pernah ditanya bila dirinya adalah "bule hunter" atau pengejar bule saat menikah dengan suaminya Shannon Smith, yang berasal dari Australia.
Pada saat itu, ia hanya membalasnya dengan candaan.
Tetapi pertanyaan senada yang seolah menganggap dirinya sangat tergantung pada suaminya terus didapatkannya meski sudah merasa mandiri secara finansial dan karier.
"Perempuan Indonesia yang menikah dengan pria Australia itu sering sekali mendapat stereotip yang menempatkan posisi kita sebagai inferior," katanya.
"Jadi seolah-olah kita berhubungan dengan pria Kaukasia itu ada motif lain selain motif perasaan yang murni atas hubungan cinta kasih ... misalnya mencari keuntungan, kehidupan yang lebih baik atau [anggapan] 'pasti dia hidupnya ditopang oleh pria ini'".
Pasangan beda negara masih terus mengalami stigma di Indonesia, yang terkadang berupa komentar atau pertanyaan menyakitkan
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya