Warning Australia, Tak Punya Firasat Lebaran Terakhir

Warning Australia, Tak Punya Firasat Lebaran Terakhir
Trio bom Bali II, Amrozi, Mukhlas, Imam Samudra.
Trio terpidana mati bom Bali I, Amrozi, Imam Samudra, dan Ali Ghufron alias Mukhlas, mengaku tak gentar pada hukuman mati. Mereka juga tak yakin akan benar-benar dieksekusi tahun ini seperti yang dijanjikan Kejaksaan Agung.

Berikut wawancara khusus wartawan Jawa Pos Farouk Arnaz, bergantian dengan CNN dan SCTV, di Lapas Batu Nusakambangan. Wawancara dilakukan pada hari pertama Lebaran (Rabu, 1 Oktober), usai salat id.

Bagaimana kabarnya?

Amrozi (A): Semakin baik, semakin gemuk, senantiasa gembira, dan kalau ada kesempatan mau nikah lagi. Jatah saya kan empat, ini baru dua. Semua baik-baik saja. Cuma bedanya, di sini tidak boleh kumpul dengan (kedua) istri saya –Siti Khoiriyah dan Rohmah. Di dalam sini juga tidak ada yang pernah sakit. Alhamdulillah. Puasa Daud juga jalan terus. (Selama ditahan, Amrozi cs tidak memakan nasi jatah lapas. Mereka menganggapnya haram karena berasal dari pemerintah. Mereka membayar sendiri katering dari seorang petugas lapas).

Mukhlas (M): Alhamdulillah. Kabar baik. (Dalam bom Bali I, Mukhlas bertindak sebagai pemimpin, namun menolak dikaitkan dengan Jamaah Islamiyah. Menurut dia, istilah itu hanya karangan polisi. Suami Parida binti Abbas itu menyebut dirinya sebagai anggota tidak langsung Al Qaidah).

Sebagai tradisi, saya mohon maaf bagi semua muslim di Indonesia. Tapi, minta maaf ini bukan untuk bom Bali ya. Untuk bom Bali itu, amal saleh saya yang akan saya pertanggungjawabkan dengan Allah.

Imam Samudra (IS): Untuk semua muslim, saya ucapkan taqobbalallahu minna waminkum. Mohon maaf lahir dan batin.

Trio terpidana mati bom Bali I, Amrozi, Imam Samudra, dan Ali Ghufron alias Mukhlas, mengaku tak gentar pada hukuman mati. Mereka juga tak yakin

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News