Waspada Ibu-ibu! Denpasar Kini Dikepung Spa Plus-plus

Waspada Ibu-ibu! Denpasar Kini Dikepung Spa Plus-plus
Terapis dijaring razia. Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com - DENPASAR--Layaknya Jakarta, diduga kuat, kasus perdagangan manusia di Bali berlangsung liar dan cenderung masif.

Bila di ibu kota ada spa Hotel Akoya (dekat Istana Presiden) yang mempekerjakan remaja 14 tahun berinisial A dan 12 perempuan lainnya sebagai terapis merangkap pekerja seks komersial, di Bali hal serupa juga terjadi.

Selain lokalisasi di wilayah Sanur, Kuta, Nusa Dua, dan beberapa titik di Kota Denpasar yang konon “dipelihara” hingga sulit diberangus, kini Denpasar juga diserbu layanan spa plus-plus.

 Informasi yang berhasil dihimpun baliexpressnews.com, (Jawa Pos Group) keberadaan spa esek-esek ini bukan sekadar isapan jempol. Bahkan, Rabu, 20 Januari 2016 lalu, I Gede Didit Prasetya, 39, bos Spa Refresh Jalan Tukad Batanghari, Denpasar dicebloskan ke sel.

 Pria kelahiran Singaraja itu diketahui telah memudahkan perbuatan cabul antara seorang terapis bernama Mardiana alias Yeyen dengan Ketut Partika pada 14 Agustus 2015 sekitar pukul 14.30 bertempat di Spa Refresh.

Saat itu Partika memilih pijat sensasi spider massage seharga Rp 600 ribu. Pada jenis pijat tersebut tamu tidak memakai sehelai benang pun. Sedangkan , sang terapis hanya memakai pakaian dalam. Layanan ini ada tambahan aktivitas lainnya alias plus-plus.

Terdakwa I Gede Didit Prasetya memiliki 14 orang terapis dan menawarkan 5 jenis massage sensasi. Hasil pelayanan pijat tersebut dikumpulkan oleh akunting  Ida Ayu Wulandari sebelum disetor kepada terdakwa. Terdakwa diancam pidana 296 KUHP dan pasal subsider pasal 506 KUHP.

Mirisnya, sanksi pidana I Gede Didit Prasetya tak membuat pelaku prostitusi lainnya jera. Pengelola bisnis lendir, khususnya spa esek-esek di Bali masih aman-aman saja.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News