Waspada, Iklan Obat Pereda Nyeri Sendi Menyesatkan!

Waspada, Iklan Obat Pereda Nyeri Sendi Menyesatkan!
Tampak dari Kiri ke kanan: dr Charles Siagiaan SpOT-K, dr Phedy SpOT-K, dan dr. Henry Suhendra Sp.OT saat diskusi kesehatan di Jakarta, Senin (21/1). Foto: Mesya/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Masyarakat diimbau tidak tergoda dengan berbagai iklan obat pereda nyeri sendi. Pasalnya, obat tersebut hanya sekadar menghilangkan nyeri sesaat tetapi tidak mengobati sumber masalahnya.

“Jangan percaya dengan iklan obat pereda nyeri sendi. Itu menyesatkan. Jangan juga membiasakan diri konsultasi ke apoteker karena dia hanya menebak tapi tidak tahu persis penyebab sakitnya," kata dr. Henry Suhendra, Sp.OT, ketua dari Sports, Shoulder & Spine Clinic Siloam Hospitals Kebon Jeruk dalam diskusi kesehatan, Senin (21/1).

Dia mewanti-wanti masyarakat untuk tidak membiasakan diri membeli obat warung dan sejenisnya. Bagi orang tertentu mungkin terlihat efeknya. Namun bisa jadi untuk lainnya tidak berpengaruh.

Bahayanya, bila sudah ada ketergantungan dengan salah satu jenis obat pereda nyeri akan merusak ginjal. Apalagi obat pereda nyeri yang diiklankan dan dijual bebas itu mengandung glukosamin.

"Glukosamin itu bukan obat, dia hanya suplemen. Kalau dikonsumsi dalam jangka panjang bisa merusak ginjal," terang Dokter Henry.

Sementara dr Charles Siagiaan SpOT-K, menjelaskan dalam dunia kedokteran, penggunaan Glukosamin sudah dikurangi. Sebuah penelitian di Amerika Serikat (AS) pada 2013, ditemukan dari 1500 pasien penderita sakit otot dan tulang, penggunaan Glukosamin tidak berefek pada pengobatan. Hanya sebagian kecil pasien bisa merasakan nyerinya hilang tapi kemudian sakitnya terus berulang.

Dokter Charles kemudian melakukan penelitian terhadap 150 pasien di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada 2014. Hasilnya juga sama dengan riset di AS.

"Jadi untuk apa konsumsi sesuatu yang bukan mengobati akar penyebabnya," ucapnya.

Masyarakat jangan tergoda dengan berbagai iklan obat pereda nyeri sendi. Itu menyesatkan. Jangan juga membiasakan diri konsultasi ke apoteker karena dia hanya menebak tapi tidak tahu persis penyebab sakitnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News