Yusri Yusuf, 18 Tahun Setia Lestarikan Kecapi Maros

Jago Membuat meski Tidak Bisa Memainkan

Yusri Yusuf, 18 Tahun Setia Lestarikan Kecapi Maros
SEMANGAT: Yusri Yusuf (tengah) dan komunitasnya di workshop pembuatan Kecapi Maros. Foto: Gunawan Sutanto/Jawa Pos

Dari situ, Yusri kian bersemangat membuat kecapi. Dia berusaha merangkul anak muda dan sejumlah pekerja mebel untuk terlibat dalam pembuatan secara masal. Dia merangkul tukang mebel karena kebanyakan usaha mereka mulai kalah bersaing dengan produk pabrik yang terbuat dari serat kayu.

’’Mebel seperti itu kan modelnya bagus-bagus dan harganya murah,’’ kata Zainudin, salah seorang tukang mebel binaan Yusri yang ikut menemui koran ini. Usaha Yusri pun mulai menuai hasil. Dia sering diundang untuk ikut pameran. Dari situ, order mulai berdatangan.

Saat ini, Yusri dan kelompoknya mampu membuat kecapi secara masal. Sekali produksi, mereka bisa membuat 100 kecapi. Harga kecapi yang dijual pun bervariasi, mulai Rp 200 ribu sampai Rp 1 juta. ’’Bahkan, ada kecapi yang sampai berhasil terjual Rp 6 juta,’’ ujarnya.

Lantaran rumah dan workshop-nya didatangi banyak mahasiswa seni, Yusri kemudian berhasil membuat komunitas seni kecapi. Belakangan, makin banyak orang yang mengapresiasi semangat Yusri itu. Salah satu yang tampak adalah pemberian space di Bandara Sultan Hasanuddin bagi Yusri dan kelompoknya untuk tempat berkesenian dengan kecapi.

’’Tiap weekend, kami tampil mengisi acara di bandara. Dulu Om Yusri juga sering mengadakan demo pembuatan kecapi di sana,’’ ujar Arman Periawan, Kasi Pengembangan Seni dan Pelestarian Kesenian Tradisional.

Bahkan, atas usaha Yusri dan kawan-kawannya, kecapi kini masuk dalam kurikulum pembelajaran di Maros. ’’Dulu kalaupun ada sekolah yang mengenalkan kecapi hanya sebagai ekstrakurikuler, sekarang sudah masuk kurikulum,’’ jelasnya.

Tahun ini Bupati Maros H M. Hatta Rahman memberikan penghargaan anugerah budaya kepada Yusri yang kini menjadi PNS di Kecamatan Lau itu. Di tengah banyaknya apresiasi tersebut, Yusri hanya ingin pemda ikut aktif melestarikan kecapi.

’’Selama ini, di Makassar dan Maros, barang yang sering digunakan untuk cenderamata bagi tamu malah kupu-kupu yang diawetkan. Lebih bagusnya kan dibuat replika kecapi untuk cenderamata,’’ ungkap Yusri.

Tidak banyak seniman yang mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan tradisi yang kian ditinggalkan. Yusri Yusuf adalah satu di antara sedikit orang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News