Bensin Eceran Tembus Rp 12 Ribu

Bensin Eceran Tembus Rp 12 Ribu
Bensin Eceran Tembus Rp 12 Ribu

jpnn.com - SLAWI – Pembatasan BBM bersubsidi di wilayah Pantura Kabupaten Tegal tampaknya menjadi fenomena baru. Di tengah keresahan yang dirasakan masyarakat, ternyata terdapat segelintir oknum yang nekat mencari keuntungan besar. Kepanikan warga Pantura untuk membeli bahan bakar sepertinya menjadi aji mumpung bagi penjual bensin eceran.

Beberapa penjual bensin eceran di Kabupaten Tegal nekat menjual Rp 10.000 hingga Rp 12.000 per botol atau per liter. Kondisi tersebut juga menjadi masalah sosial baru yang kini dihadapi warga pesisir. "Mau bagaimana lagi, kita juga butuh bahan bakar. Daripada mengantre berjam-jam di SPBU, tetapi tidak bisa membeli premium atau pertamax, lebih baik beli mahal di eceran daripada tidak sama sekali,” tutur Prima Maya Sari, 28, warga Desa Gumayun, Kecamatan Dukuhwaru, kepada Radar Tegal (Grup JPNN), Rabu (27/8).

Ibu rumah tangga itu mengaku sudah kelimpungan membelikan minum kuda besinya selama satu pekan ini. Sebab, beberapa SPBU yang berada di Kabupaten Tegal mayoritas mengalami kekosongan premium. Bahkan, satu di antaranya terpaksa tutup lantaran tidak memiliki stok BBM sama sekali.

Menggunakan motor matic-nya, dia bergegas mencari warung kecil yang menjual premium eceran. Betapa terkejutnya, setelah si penjual memberitahu harga bensin yang harus dibayar. Sebab, harga satu botol premium dipatok mencapai Rp 10.000.
Berbeda halnya dengan Kuncoro, 44, warga Desa Mejasem Barat, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal.

Bapak dua anak ini mengaku membeli premium eceran seharga Rp 12.000 per botol. Emosi sempat muncul saat mengetahui harga premium sudah tidak lazim. Namun, karena sudah menjadi kebutuhan, Kuncoro terpaksa membayar premium tersebut. "Ya, apa boleh buat. Sekarang ini kami pasrah membeli bahan bakar. Daripada harus mendorong motor ke SPBU karena kehabisan bensin," katanya.

Sementara itu, penjual premium eceran yang enggan disebutkan identitasnya memaparkan, harga tersebut sudah dikalkulasikan dengan proses pembelian yang terbilang berbelit-belit dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Untuk memasok premium satu jerigen (25 liter), dia harus mengeluarkan uang hingga Rp 200.000 ribu. Padahal, harga asli untuk membeli 25 liter premium hanya Rp 162.500. Ketika ditanya alasannya apa, dia enggan menyebutkan. "Biasanya kami diperbolehkan membeli sampai lima jerigen di SPBU. Namun, sekarang ini dibatasi menjadi dua jeriken saja. Itu pun harus menunjukkan surat izin dari Dinas Perindustrian dan Pertamina," ucapnya. (yer)


SLAWI – Pembatasan BBM bersubsidi di wilayah Pantura Kabupaten Tegal tampaknya menjadi fenomena baru. Di tengah keresahan yang dirasakan masyarakat,


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News