Ditunggangi Kepentingan Farmasi Asing

Ditunggangi Kepentingan Farmasi Asing
Ditunggangi Kepentingan Farmasi Asing
JAKARTA – Pengamat ekonomi politik dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Revrisond Baswir mengingatkan masyarakat tidak menerima mentah-mentah kampanye anti tembakau yang kian gencar belakangan ini. Pasalnya, lanjut Revrisond, kampanye itu tidak serta merta urusan kesehatan namun telah diboncengi oleh kepentingan besar industri farmasi.

“Perusahaan farmasi multinasional melihatnya sebagai peluang bisnis, karenanya tidaklah mengherankan bila WHO dan gerakan anti rokok juga ngotot soal FCTC. Namun sayangnya ini bukan kebenaran murni. Karenanya masyarakat harus jeli menyikapinya,” kata ekonom  dari UGM Yogyakarta itu dalam peluncuran buku Nicotine Wae di Pusat Studi Jepan, Universitas Indonesia.

Sementara peneliti dari Institut Global Justice Salamuddin Daeng mengajak masyarakat untuk mengkritisi kampanye anti tembakau yang semakin gencar. Sikap ini perlu, guna menetralisir kepentingan asing yang menumpang dibalik kegiatan tersebut.

"Kebijakan Kerangka Konvensi Pengendalian Tembakau  (FCTC) tidak lepas dari kepentingan ekonomi asing terhadap bangsa lain, termasuk Indonesia. Itu bentuk lain kolonialisme yang mengikuti kapitalisme global. Karenanya masyarakat, khususnya generasi muda harus lebih kritis dan harus menolak,” ujar Salamuddin.

JAKARTA – Pengamat ekonomi politik dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Revrisond Baswir mengingatkan masyarakat tidak menerima mentah-mentah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News