Bonbin Menyimpan Kenangan Masa Kecil Bersama sang Ayah
SUASANA teduh dirasakan Kartika Affandi saat berada di KBS Kamis pagi (9/10). Sambil tetap berada di kursi roda, perempuan yang akrab dipanggil Mami itu mendongak ke atas. Rerimbunan pohon di depan kandang jerapah dan zebra tersebut membuatnya terkesan.
----------------
Laporan Thoriq S. Karim, Surabaya
----------------
Dia mengingat 73 tahun lalu, saat diajak sang ayah, mendiang Affandi Koesoema, maestro lukis ekspresionis Indonesia. Kala itu Maryati, sang ibu, sedang sakit. Dia harus dirawat selama tiga bulan di Surabaya. ’’Saya diajak Bapak ke Surabaya,’’ katanya.
Selama di Surabaya, tempat yang menjadi jujukan untuk melepas penat adalah KBS yang dulu kerap disebut bonbin tersebut.
Kartika mengatakan, KBS sekarang lebih indah daripada dulu. Pepohonan yang rimbun, taman, tempat duduk, semuanya sudah tersedia. Dulu jarang ada pohon.
’’Panas dan gersang. Saya sering berlarian di sini,’’ ujar Kartika sambil mengarahkan telunjuk jari ke sekelilingnya.
Tidak lama, pandangannya tertuju pada lukisan di sebelahnya. Lukisan itu dibuatnya secara spontan saat menggambar di KBS, Selasa (7/10). Tampak kepala binatang yang berjajar. Di sela-sela kepala binatang tersebut, ada wajah Kartika yang terlihat sedih.
”Temanya kasih sayang,’’ ujarnya. Perempuan kelahiran Jakarta tersebut menjelaskan, wajah beruang madu, harimau, monyet, serta burung terlihat sedih. Itu, kata Kartika, adalah ekspresi satwa yang ada di sini. ’’Saya melihat mereka butuh kasih sayang,’’ imbuhnya.
Memang, Kartika mengakui bahwa keindahan KBS sekarang mengalahkan masa dulu, saat dirinya berusia 7 tahun. Seharusnya ada kebanggaan di masa sekarang. Namun, itu tidak terlihat pada satwa yang ada di dalamnya.
Mereka membutuhkan kasih sayang dari semua masyarakat. Bukan hanya pengelola atau pemerintah setempat. ’’Siapa saja harus memiliki kasih sayang kepada sesama makhluk,’’ kata dia.
SUASANA teduh dirasakan Kartika Affandi saat berada di KBS Kamis pagi (9/10). Sambil tetap berada di kursi roda, perempuan yang akrab dipanggil Mami
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor
- Pesantren Ala Kadarnya di Pulau Sebatik, Asa Santri di Perbatasan Negeri