Keistimewaan Ramadan

Keistimewaan Ramadan
Prof Dr Imam Taufiq M Ag. Foto Radar Semarang/JPNN.com

jpnn.com, SEMARANG - “HAI orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. al-Baqarah: 183)

Kedatangan bulan Ramadan, selayaknya disambut dengan suka cita, meskipun bisa jadi ada yang susah. Rasa gembira karena bulan agung yang dinanti telah hadir dengan banyak kelebihan dan keistemewaan.

Mungkin gembira campur susah karena bulan beribadah ini hadir bersamaan dengan harga barang-barang pokok menaik, kriminalitas merebak, isu bom dan kompleksitas persoalan bangsa lainnya.

Ada juga yang sepenuhnya sedih karena tidak mampu mengisinya dengan amal ibadah yang positif karena kondisi dan problem yang menghimpitnya.

Bahkan mungkin masih banyak respon lain yang menggambarkan hati dan sikap penerimaan sesuai dengan probelm dan kondisi masing-masing.

Kedatangan tamu memang harus disambut dengan hati yang lapang dan ikhlas. Karena itu, penyambutan ini sering menggunakan kata marhaban atau selamat datang. Istilah ini berasal dari kata rahb yang berarti luas atau lapang.

Menyambut tamu harus dengan suasana hati yang gembira dengan penerimaan yang total, tidak merasa berat dan tidak susah.

Kegembiraan ini patut diberikan kepada tamu yang memang benar-benar layak untuk disambut karena kemuliaan dan keistimewaannya. Apalagi, kehadiran tamu itu akan memberikan ketentraman, kenyamanan dan keuntungan yang luar biasa bagi sang penyambut.

“HAI orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News