Keistimewaan Ramadan

Keistimewaan Ramadan
Prof Dr Imam Taufiq M Ag. Foto Radar Semarang/JPNN.com

Ramadan, tamu super mulia, bulan yang sangat terhormat. Kemuliaan dan kehormatan ini bukan saja karena pada bulan ini sumber kebenaran dan bimbingan, yaitu kitab suci al-Quran diturunkan (Q.S al-Baqarah/2: 185), akan tetapi disebutkan bahwa di bulan ini pintu surga dibuka (HR Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah).

Karena inilah, umat Islam gegap gempita menyambutnya dengan penuh harap untuk mendapatkan keberkahannya. Keistimewaan bulan ini akan mempu mengantarkan kejernihan hati dan pensucian diri setelah sebelas bulan aktif bekerja memikirkan dunia yang kadang bergelimang noda dan dosa. Sudah saatnya umat Islam membersihkan diri untuk kembali kepada nilai-nilai yang selaras dengan ajaran Ilahi.

Selain itu, Ramadan adalah bulan puasa, sebuah sarana untuk mengevaluasi dan memperbaiki diri. Dengan mengelola hawa nafsu dengan profesional, seseorang akan mencapai status terbaik, dalam bahasa al-Qur’an disenut derajat muttaqin. Puasa adalah ibadah yang diwajibkan tidak saja bagi Kaum Muslimin saja, akan tetapi ditujukan juga kepada kaum terdahulu sebelum masa kenabian Muhammad.

Banyak orang melakukan puasa dengan cara, model dan keyakinan masing-masing. Namun, puasa yang produktif adalah puasa yang berdampak mencipatakan pribadi unggul yang mampu mengelola diri tetap konsisten dalam jalur kebenaran agama, berkomitmen menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Inilah sosok muttaqin, pribadi yang didamba oleh al-Qur’an.

Keberhasilan puasa ini bukanlah sesuatu yang gampang diraih. Tidak banyak orang mampu melaksanakannya dengan baik. Bahkan Nabi SAW pun mensinyalir “Banyak orang yang berpuasa, tetapi ia tidak memperoleh apa-apa dari puasanya itu selain rasa lapar dan haus”.

Puasa, yang diisyaratkan dalam pernyataan Nabi tersebut, tentu tidak hanya sebatas puasa formalitas dengan tidak makan, tidak minum dan tidak berhubungan badan di siang hari atau meniru orang miskin lapar dan tidak tercukupi kebutuhannya.

Puasa produktif, yang mampu mengajarkan berprilaku positif, menahan nafsu menyakiti orang lain, menahan prilaku salah, dan selalu konsisten.

Puasa mengajarkan cara-cara hidup dasar manusia, seperti bertindak santun, kasih sayang kepada manusia dan juga kepada alam.

“HAI orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News