Kisah di Balik Tret-tet-tet, Tradisi Berani Pergi Bertandang

Kisah di Balik Tret-tet-tet, Tradisi Berani Pergi Bertandang
Logo karya Budiono dari Jawa Pos inilah yang dipakai Bonek hingga sekarang. Foto: BUDIONO/JAWA POS

jpnn.com - KITA bentangkan kain rentang yang lebih besaaaaaar lagi. Kita tiupkan terompet yang lebih nyaring. Kita pukul genderang yang lebih keras. Mari kita kembali ke Jakarta: Tret tet teeettt!

Kalimat ini muncul di Jawa Pos edisi 4 Maret 1987. Tak tanggung dicantumkan di halaman depan di pojok kiri bawah menghabiskan dua kolom. Pada edisi itulah untuk kali pertama istilah Tret-tet-tet dipopulerkan.

Dahlan Iskan sosok di balik berita itu. Isi beritanya mengajak para pembaca mendukung perjuangan Persebaya melawan PSMS Medan di  babak enam besar Perserikatan 1986/87. Laga diadakan di Stadion Senayan, Jakarta.

Sejatinya, itu bukan yang kali pertama awak redaksi Jawa Pos melakukan Tret-tet-tet. Lima hari sebelumnya perjalanan ke Jakarta dilakukan ketika Persebaya melawan Persija (1/4/1987). Tapi, perjalanan ini tak diumumkan di koran. Lebih bersifat internal dan yang berangkat pun hanya empat bus.

Meski begitu, kali pertama itulah pengkoordiniran suporter mulai dilakukan. Selain membayar uang Rp 30.000 (jika setarakan saat itu berkisar Rp 200.000), tiap-tiap yang mau berangkat diwajibkan membuat ikat kepala berwarna hijau bertuliskan "Persebaya 87" dan rumbai-rumbai warna kuning tua. Sebanyak 180 terompet untuk meriuhkan stadion disiapkan panitia. Sayang, banyak yang tidak mau nurut. Terompet pun enggan ditiup. Capek, katanya.

Meski cukup sukses banyak yang mengeluh, Tret-tet-tet pertama itu berangkat terlalu malam. Apa sebab? Si supir dan awak redaksi Jawa Pos ternyata ingin lebih dulu menyelesaikan menonton pertandingan tinju Ellyas Pical.

"Kalau Elly tak kalah, keluhan ini pasti tak akan muncul, huh, toh mereka juga asyik nonton bareng dengan kami," ucap salah seorang awak redaksi Jawa Pos. Pical kala itu memang kalah dari petinju Thailand Khaosai Galaxy.

Saat melakukan Tret-tet-tet kedua melawan PSMS Medan, animo orang begitu membludak. Informasi yang disebar lewat koran ditambah biaya perjalanan yang disubsidi membuat orang berebut ingin ikut.

KITA bentangkan kain rentang yang lebih besaaaaaar lagi. Kita tiupkan terompet yang lebih nyaring. Kita pukul genderang yang lebih keras. Mari kita

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News