Kisah di Balik Tret-tet-tet, Tradisi Berani Pergi Bertandang

Kisah di Balik Tret-tet-tet, Tradisi Berani Pergi Bertandang
Logo karya Budiono dari Jawa Pos inilah yang dipakai Bonek hingga sekarang. Foto: BUDIONO/JAWA POS

Tak tertarik bagaimana coba, biaya Tret-tet-tet ini, itu sudah termasuk perjalanan PP, tiket stadion, dan makan empat kali! Selain disubsidi Jawa Pos, bos PT Sinar Galaxy Bambang Wiyanto ikut urunan.

Jawa Pos semakin bingung setelah Persebaya lolos ke grand final dan akan berjumpa PSIS Semarang di Senayan. Ya, namanya juga suporter, lewat surat pembaca mereka meminta biaya Tret-tet-tet dikorting lagi.

Tak dikorting saja sudah rugi, apalagi dikorting. Kerugian pun semakin besar seiring dengan peminat yang semakin banyak. Alamak!

"Karena sudah ditakdirkan begitu. Ide ini lahir secara spontan. Bahkan dalam penentuan biaya per orang pun tidak dihitung cukup atau tidak cukup. Tapi, dengan harga segitu, orang terjangkau atau tidak," tulis Dahlan Iskan.

Semua karyawan Jawa Pos dikerahkan untuk menangani administrasi suporter yang membludak. Bekerja lembur sampai menjelang subuh. Banyak karyawan perempuan yang sampai sakit. Sekretaris redaksi Oemijati muntah-muntah.

Bagian Keuangan Sulikah nyaris pingsan dan banyak lagi yang tergelatak di kantor. Karyawan perempuan stres menghadapi suporter yang banyak mau: ingin satu bis dengan pacarlah, keluarga lah, atau teman-nya.

"Tuhan, kami 3.000 orang berangkat ke Jakarta. Selamatkan, Tuhan". Itulah judul berita keberangkatan suporter yang muncul pada edisi 10 Maret 1987.  Pada edisi itu ada tiga halaman full yang mencantumkan nama-nama yang ikut berangkat ke Jakarta. Iklan ini mirip-mirip pengumuman SMPTN.  

Puluhan bis dan belasan gerbong kereta api dari surabaya menyerbu Jakarta. Persebaya memang kalah dari PSIS Semarang 0-1. Kekalahan itu diterima secara legowo. Tak ada tawuran antar suporter. Tak ada pemain Persebaya yang dimaki atau dikejar-kejar pendukungnya sendiri. Itulah tahun perdana Tret-tet-tet dilakukan.

KITA bentangkan kain rentang yang lebih besaaaaaar lagi. Kita tiupkan terompet yang lebih nyaring. Kita pukul genderang yang lebih keras. Mari kita

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News