Paceklik, Kayu Manis Jadi Andalan

Paceklik, Kayu Manis Jadi Andalan
Kayu Manis. Foto: Pixabay.com

jpnn.com, MUARADUA - Kayu manis kini menjadi penopang ekonomi bagi masyarakat Muaradua, Oku Selatan, Sumsel, selama musim paceklik datang seperti saat ini.

Harganya yang cukup menguntungkan ini menjadikan komoditas rempah ini menjadi sumber pendapatan bagi petani di beberapa kecamatan di OKU Selatan.

Kayu manis ini dibanderol dengan harga Rp15 ribu hingga Rp18 ribu per kg. Di setiap desa terlihat kulit kayu manis yang sudah dibersihkan akan dipasarkan ke luar daerah.

‘’Keluarnya kayu manis ini suatu pertanda sedang musim sulit atau paceklik tengah terjadi,’’ ujar Yanto, pengepul kayu manis di Kecamatan Sindang Danau.

Dikatakan, biasanya bila musim kayu manis, masyarakat lagi susah. ‘’Musim kopi masih lama dan tidak ada yang bisa dipasarkan untuk menambah pendapatan guna memenuhi kebutuhan, makanya kayu manis menjadi andalan terakhir masyarakat,” ucap Yanto.

Feri, pengepul kayu manis di Kecamatan Sungai Are mengatakan, selama sepekan, bisa puluhan ton komoditas rempah-rempahan (kulit kayu manis) diangkut ke luar daerah.

Seluruhnya hasil beli dari masyarakat, terutama di wilayah tiga kecamatan, Pulau Beringin, Sindang Danau, dan Sungai Are. ‘’Terkadang sepekan kita bisa mengangkut 4 hingga 5 truk kulit kayu manis ke Lampung. Seluruhnya dikumpulkan dari hasil membeli dengan masyarakat,” ujar Feri.

Azharudin, warga Sindang Danau, mengaku sangat terbantu dengan naiknya harga kulit kayu manis yang ditawarkan di pasaran saat ini. ‘’Harga Rp15 ribu per kilogram lumayan untuk mendongkrak perekonomian saat musim paceklik. Karenanya untuk memberikan nilai tambah, kami mulai memangkas kayu manis dan mengambil kulitnya untuk dijual di pengepul,” katanya.

Kayu manis kini menjadi penopang ekonomi bagi masyarakat Muaradua, Oku Selatan, Sumsel, selama musim paceklik seperti saat ini.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News