Perusahaan Berebut Dolar

Perusahaan Berebut Dolar
Perusahaan Berebut Dolar

JAKARTA - Keringnya likuiditas dolar diperkirakan semakin parah dengan terjadinya perebutan dolar oleh korporasi pada pengujung tahun ini. Sebab, kebutuhan perusahaan untuk membayar utang jatuh tempo dalam bentuk dolar pada akhir tahun setidaknya mencapai USD 414 juta atau sekitar Rp 4,87 triliun. Nilai tukar rupiah dikhawatirkan semakin tertekan jika swasta hanya memburu dolar dari pasar spot valuta asing (valas).

Direktur Eksekutif Departemen Statistik Bank Indonesia (BI) Hendy Sulistiowati menyatakan, sisa utang luar negeri swasta, baik bank maupun nonbank, pada kuartal keempat tahun ini mencapai USD 18,89 miliar. Di antara jumlah tersebut, sekitar USD 11 miliar telah dibayarkan pada September maupun Oktober. Namun, dari 2.800 perusahaan debitor, masih ada sisa sekitar USD 8 miliar yang jatuh tempo pada Desember 2013.

Baca Juga:

BI mengambil sampel terhadap 20 perusahaan di antara total 2.800 perusahaan pelapor utang. Sebanyak 20 perusahaan tersebut memiliki kontribusi utang lebih dari 60 persen atau mencapai USD 5,6 miliar. Pada Desember, 20 perusahaan tersebut diprediksi hanya membayar utang jatuh tempo sekitar USD 1,3 miliar. 

''Valas yang sudah ready dibayarkan tercatat USD 888 juta. Sementara itu, yang belum punya valas dan berpotensi beli dolar untuk bayar utang mencapai USD 414 juta,'' terangnya di Jakarta. Beberapa perusahaan itu, antara lain, datang dari sektor keuangan, persewaan, jasa perusahaan, industri peng­olahan, serta sektor pertambangan dan penggalian.

JAKARTA - Keringnya likuiditas dolar diperkirakan semakin parah dengan terjadinya perebutan dolar oleh korporasi pada pengujung tahun ini. Sebab,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News