Sejarah Masuknya Orang Tionghoa ke Jakarta (3)

Sejarah Masuknya Orang Tionghoa ke Jakarta (3)
Naskah Phoa Kian Sioe yang bertajuk Sedjarahnya Souw Beng Kong. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com

Dia satu kapal dengan, "tuan van den Burch, Ordinaris Raad van Indie jang harus bertugas di Formosa (Taiwan--red) untuk menggantikan kedudukannya tuan Hans Rutsman," papar Kian Sioe.

Kapal itu diiringi dua kapal perang Belanda, Bredame dan Hoocharspel. Mereka sampai di Taiwan, 5 Agustus 1636.

Nah…karena galau, Souw Beng Kong tidak jadi pulau ke Tiongkok. Dia menetap di Taiwan. Apa pasal?

Dalam Kalapatji, sebuah catatan lawas yang didapat Kian Sioe, diceritakan bahwa orang-orang di Tiongkok Selatan tidak suka dengan pemerintah kolonialisme Belanda di Jakarta. Juga orang Tionghoa yang jadi pejabat tinggi di sana.

"Ini disebabkan karena Belanda sering melakukan hal-hal jang kedjam. Perahu-perahu djonk jang dalam perdjalanan pulang ke Tiongkok seringkali dirampas oleh marine Belanda di perairan Indonesia," tulis naskah lawas itu.

"Barang-barang dirampas dan awak kapalnya dibawa ke Batavia. Dibui, dan akhirnya diperdagangkan di pasar budak. Harganya 60 real seorang," sambungnya.

Orang Tionghoa yang jadi hartawan di Batavia, karena memang membutuhkan tenaga, sering membeli budak-budak belian itu. Begitu budak itu tinggal di rumah si Tionghoa hartawan, pemerintah mengenakan pajak kepala sebesar satu setengah real sebulan.

Hal ini, menurut Kian Sioe, tak mungkin tak diketahui Souw Beng Kong.

TEMPO hari telah dikisahkan dua serial berturut-turut tentang sejarah kedatangan orang Tionghoa ke Jakarta, yang dulu bernama Batavia. Ini lanjutannya…

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News