Tangkal Radikalisme, Harus Ada Pedoman bagi Pengkhotbah

Tangkal Radikalisme, Harus Ada Pedoman bagi Pengkhotbah
Ilustrasi mengaji. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta Dede Rosyada mengatakan, saat ini yang menjadi problem terbesar dari pengurus masjid  adalah memilih dan menyeleksi para penceramah atau pengkhotbah.

“Ketika Kementerian Agama mencoba untuk me-list dan memberikan rekomendasi penceramah tentunya saat itu mendapatkan kritikan dari banyak pihak. Sebab, memang banyak orang-orang yang penceramah terbaik katanya tidak mendapat dalam rekomendasi itu lalu mereka protes,” kata Dede, Kamis (29/11) .

Menurut dia, langkah yang diambil Kementerian Agama dengan mengeluarkan rekomendasi tersebut sebenarnya mengandung sisi positif.

Sebab, hal tersebut akan menjadi guideline atau panduan bagi para pengurus masjid untuk dapat menentukan penceramah yang akan mengisi khotbah.

Masalah lainnya, sambung Dede, adalah membuat kriteria bahwa materi yang disampaikan dalam khotbah sudah masuk kategori radikal atau tidak.

Karena itu, perlu ada kesepakatan naik dari organisasi Islam dan dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.

“Dengan demikian, nantinya ada gambaran untuk membandingkan. Misalnya, ketika ada penceramah A memberikan khotbahnya bagus. Lalu penceramah  B berbicara begini. Lalu penceramah C berbicara di mimbar seperti mengandung unsur radikal atau intoleransi sehingga tidak direkomendasikan lagi ke depannya,” ujar Dede.

Selain itu, masalah besar lainnya adalah ketika pemahaman agama umat yang mendengarkan khotbah dari penceramah yang mengandung unsur radikal masih sangat dangkal.

saat ini yang menjadi problem terbesar dari pengurus masjid adalah memilih dan menyeleksi para penceramah atau pengkhotbah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News