Empat Putra Petir untuk Prof Widjajono

Empat Putra Petir untuk Prof Widjajono
Empat Putra Petir untuk Prof Widjajono
SAYA terkesan dengan logika berpikir Prof Widjajono Partowidagdo, wakil menteri ESDM yang baru saja meninggal dunia di pendakiannya ke Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat, Sabtu lalu (28/4): Kurangi pemakaian bahan bakar minyak (BBM).

   

Kalau sudah tahu bahwa produksi minyak kita terus menurun, kemampuan kita membangun kilang juga terbatas, dan pertambahan kendaraan tidak bisa dicegah, mengapa kita terus mempertahankan pemakaian BBM?

   

Almarhum sering sekali mengajak saya berbicara soal itu. Almarhum merasa bahwa perdebatan soal BBM yang riuh rendah selama ini sangat tidak mendasar. Tidak menyelesaikan akar persoalan. Hanya menimbulkan huru-hara politik. Saya sangat setuju dengan konsep almarhum untuk semakin beralih ke gas. Hanya, memang diperlukan upaya yang ekstrakeras untuk mengalihkan kebiasaan menggunakan BBM ke bahan bakar gas (BBG).

   

Almarhum juga sangat setuju mobil listrik nasional diperjuangkan. Bahkan, almarhum mengatakan, BBM harus dikeroyok ramai-ramai dari segala jurusan. Terutama dari jurusan gas dan jurusan listrik. Tanpa usaha yang keras dari dua jurusan itu, akan terus timbul kesan di masyarakat bahwa pemerintah, khususnya Pertamina, sengaja lebih menyukai impor BBM.

   

SAYA terkesan dengan logika berpikir Prof Widjajono Partowidagdo, wakil menteri ESDM yang baru saja meninggal dunia di pendakiannya ke Gunung Tambora,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News