Empat Putra Petir untuk Prof Widjajono

Empat Putra Petir untuk Prof Widjajono
Empat Putra Petir untuk Prof Widjajono
Pertamina dikesankan lebih senang impor BBM karena bisa menjadi objek korupsi dan kolusi. Istilah mafia impor BBM begitu gencarnya ditudingkan "entah seperti apa wujud mafia itu. Seserius-serius Pertamina berupaya memberantas korupsi, tuduhan itu akan terus berlangsung. Apalagi, kenyataannya, impor BBM-nya memang terus meningkat.

   

Tidak mungkinkah kita berhenti impor BBM? Tentu saja bisa. Tapi, syaratnya berat sekali: Kita harus memiliki kilang yang cukup. Minyak mentah itu baru bisa jadi BBM kalau sudah diolah di kilang. Kebutuhan BBM kita sekarang sekitar 50 juta kiloliter per tahun. Sedangkan kilang kita sendiri hanya bisa memproduksi BBM kurang dari separonya.

   

Kalau kita menghendaki tidak impor BBM lagi, kita harus membangun kilang baru sebanyak dan sebesar yang telah ada sekarang. Saat ini kita punya tujuh kilang minyak: Pangkalan Brandan, Dumai, Musi, Cilacap, Balikpapan, Kasim, dan Balongan. Total kapasitas produksi BBM-nya kurang dari 25 juta kiloliter per tahun.

   

Di sinilah pokok persoalannya. Mampukah kita membangun sekaligus kilang-kilang baru sebanyak kekurangannya itu?

   

SAYA terkesan dengan logika berpikir Prof Widjajono Partowidagdo, wakil menteri ESDM yang baru saja meninggal dunia di pendakiannya ke Gunung Tambora,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News