Dampak Jembatan Comal Kian Terasa

Dampak Jembatan Comal Kian Terasa
Dampak Jembatan Comal Kian Terasa

jpnn.com - PURWOKERTO - Dampak pengalihan truk besar dari jalur Utara (Panturan) ke jalur selatan, mulai berdampak luas ke Banyumas. Bukan hanya usia jalan dan jembatan yang sudah diprediksi akan lebih pendek, perekonomian juga mulai terganggu.

 

Seperti kemacetan yang terjadi di Jalur Purwokerto-Tegal. Sejumlah perusahaan bus AKDP jurusan Purwokerto-Tegal memilih tidak mengoperasikan armadanya. Hal itu mengakibatkan penumpukan calon penumpang di Terminal Bulu Pitu, Purwokerto.

Sehingga ratusan penumpang tujuan Tegal pun terlantar. Sejumlah bus jurusan Purwokerto-Tegal tidak beroperasi karena dampak kemacetan yang terjadi di sejumlah titik jalur Purwokerto-Tegal.
    
"Beberapa hari lalu sempat tidak beroperasi, sehingga penumpang di sini (Terminal red) menumpuk," kata Kepala UPT Terminal Bus Bulu Pitu, Hadi Suharto, kemarin.
    
Disampaikan, sebagian Purwokerto-Tegal kemarin (13/8) sudah mulai beroperasi seperti lagi. Tetapi hanya sebagian dari jumlah bus reguler yang biasanya beroperasi. "Biasanya setiap hari ada sekitar enam hingga tujuh bus di sini, sekarang hanya sekitar tiga bus," ujar dia.
    
Kemacetan yang terjadi pada jalur Purwokerto-Tegal juga memberikan dampak pda keterlambatan bus jurusan Jakarta-Purwokerto dan sebliknya. Kondisi ini juga makin memperparah penumpukan calon penumpang di Terminal. Seperti pada Selasa (12/8) malam. Bus yang akan mengangkut mereka terlambat masuk terminal karena terjebak kemacetan di jalur Purwokerto-Tegal.
    
Salah satu calon penumpang tujuan Jakarta, Kurianto, mengatakan dia menunggu kedatangan bus lebih dari lima jam. Kuri datang ke terminal sekitar pukul 17.00 dan baru berangkat sekitar pukul 23.00.

"Kalo dbilang kecewa jelas kecewa, tapi mau bagaimana lagi, memang kondisinya sedang seperti ini dan hanya bisa menunggu. Katanya bus tidak bisa masuk terminal karena terjebak macert," kata dia.
    
Hadi menambahkan, bus jurusan Purwokerto-Jakarta membutuhkan waktu sampai dua hari untuk sampai ke kota tujuan. Sedangkan untuk jumlah penumpan sebenarnya sudah normal jika dibandingkan saat lebaran kemarin. Namun karena keterbatasan armada menyebabkan penumpukan penupang.
    
Selain di bidang transportasi penumpang, pada jasa pengiriman POS yang menjadi sedikit terganggu. Kepala Unit Operasi Kantor POS Purwokerto, Herwan Agus Susilo mengatakan, masalah di jalur tersebut cukup berimbas pada layanan pengiriman jarak dekat.

"Kalau jarak dekat seperti Purwokerto-Tegal jelas terkena imbasnya. Soalnya kami masih menggunakan jalur tersebut sebagai jalur utama pengiriman," katanya, kemarin,(13/8).
    
Hanya saja, menurut Agus, kondisi tersebut tidak terlalu menjadi masalah. Pasalnya, intensitas paket jarak dekat tersebut tidaklah terlalu tinggi. Disampaikan, persoalan jalur Comal bahkan mendapatkan perhatian besar dari PT POS Indonesia.

"Beberapa waktu lalu kami rapat di Bandung, membahas soal itu (Comal, red), dan rencanya kami akan menggunakan jasa angkutan kereta api. Tapi kami belum tahu secara pasti kapan dimulai," jelasnya.
    
Penggunaan layanan ini juga tidak akan dikenakan pada pengiriman paket dari atau ke Purwokerto. Sebab, layanan paket jarak jauh seperti Purwokerto-Jakarta dan ke arah lain malah tidak menemui persoalan. Hal ini dikarenakan layanan pengiriman paket dari atau ke Purwokerto sudah menggunakan jalur selatan.
    
"Sebelum ada masalah dengan jalur Comal, kami memang sudah mengalihkan rute pengiriman ke jalur selatan. Jadi, arahnya ke Bandung lalu Jakarta. Jadi tidak ada kendala," ujar Hermawan.
    
Ditambahkan, sedangkan untuk layanan pengiriman jarak jauh premium bahkan tidak menemui persoalan sama sekali. Karena layanan jenis ini menggunakan alat transportasi udara. "Khusus untuk yang paket premium kami gunakan udara, jadi tidak ada masalah sama sekali," kata dia.
    
Sementara itu, banyaknya lubang jalan di ruas Bumiayu-Ajibarang, disebut-sebut sebagai salah satu faktor utama kemacetan di ruas jalan Bumiayu-Ajibarang. Berdasarkan pantauan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kabupaten Banyumas, Selasa (12/8) malam kemarin, sejumlah lubang yang kebanyakan berada di pinggiran aspal, memicu kendaraan-kendaraan besar berusaha menghindari lubang tersebut, sehingga terpaksa harus mengambil sebagian lajur dari arah berlawanan.
    
Selain itu, banyaknya masyarakat yang turun ke jalan untuk mengatur lalu lintas di sejumlah titik lubang, menjadi salah satu faktor lain mengularnya jalur satu-satunya pengalihan dari Pantura tersebut. Pasalnya, buka tutup yang dilakukan warga, dinilai sangat pendek, baik waktu maupun jarak antara tempat pemberhentian kendaraan dengan lubang. Sehingga laju kendaraan tertahan cukup lama.
    
Kabid LLAJ Dishubkominfo Banyumas, Agus Sriyono menegaskan, berdasarkan pantauan langsung di lapangan kemarin, lubang-lubang yang ada di jalur yang merupakan tanggung jawab pemerintah pusat tersebut, cukup lebar. Selain itu kedalaman lubang rata-rata mencapai 30 cm, sehingga cukup berisiko untuk dilalui kendaraan-kendaraan bermuatan besar.

"Itu sangat rawan ambles atau mungkin patas as roda bagi kendaraan-kendaraan besar. Belum lagi kerusakan jalan yang lebih parah lagi jika kendaraan besar tetap memaksa melalui lubang tanpa menghindarinya," katanya.
    
Lebih lanjut, Agus menyampaikan sebagian besar lubang berada di dekat tikungan, salah satunya di tikungan Legok, yang saat ini masih jadi perhatian khusus. Selain itu, banyaknya warga yang memanfaatkan momen tersebut untuk ikut mengatur lalu lintas, juga dinilai dapat lebih memicu kerusakan jalan dan memperparah kemacetan.
    
Agus menjelaskan, kebanyakan interval sistem buka tutup yang dilakukan oleh warga, hanya dikisaran 2-3 menit, sebelum beralih ke jalur berlawanan. Padahal hal itu sangat berisiko bagi kendaraan-kendaraan dengan muatan besar, belum lagi jika ditambah pada kondisi jalan yang naik atau turun.

PURWOKERTO - Dampak pengalihan truk besar dari jalur Utara (Panturan) ke jalur selatan, mulai berdampak luas ke Banyumas. Bukan hanya usia jalan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News