Lutut Bengkak, Tiba di Finis, Eka Menangis

Lutut Bengkak, Tiba di Finis, Eka Menangis
Komunitas dokter pesepeda dari Semarang ini langsung bertugas meski malamnya baru menyelesaikan jarak 333 km Surabaya–Banyuwangi. Dipta Wahyu/Jawa Pos/JPNN.com

jpnn.com - Matahari hampir tenggelam ketika Cipto S. Kurniawan merentangkan kedua tangannya ke udara saat bersepeda memasuki kawasan kantor bupati Jember, Sabtu (20/9). Dia lantas menengok ke belakang. Tampak Eka Panca Saputra, rekan Cipto, menitikkan air mata sambil kakinya mengayuh sepeda dengan pelan. Setelah perjuangan hari pertama Audax East Java 2014 yang begitu berat, garis finis terasa mengharukan bagi Eka.

’’Saya terus mendampingi dia (Eka) menyelesaikan rute. Beberapa kali dia mau give up. Tapi, saya terus memberinya semangat. Eka juga tidak mau menyerah,’’ kata Cipto, cyclist dari Komunitas One Mille Pasuruan tersebut.

Ujian bagi Eka untuk merampungkan rute Audax East Java 2014 memang begitu berat. Pesepeda 31 tahun itu berkali-kali tertimpa musibah. Pada hari pertama yang melintasi rute Surabaya–Jember, dua kali ban sepedanya bocor. Bocor pertama terjadi saat peloton peserta melintas di Bangil. Tak menyerah, dia ganti ban.

Setelah berhenti di pit stop ke-2 Pantai Bentar, Probolinggo, ban sepeda Eka kembali bocor. Tapi, tidak sedikit pun dia menunjukkan rasa putus asa. ’’Di dalam benak saya, saya hanya ingin merampungkan rute,’’ tegasnya.

Pada bocor kedua itu, dia menggunakan wheelset yang disediakan mekanik. Memang, Eka bisa kembali bersepeda. Namun, rombongan sudah terpecah. Dia tidak bisa mengejar peloton yang sudah terlalu jauh di depan. Padahal, tanpa bergabung dalam rombongan pembalap, dia harus mati-matian menyelesaikan rute. Sebab, dia harus bersepeda melawan angin yang bertiup dari depan (headwind)sendirian.

Sebenarnya, Eka bisa saja memilih jalan paling gampang. Yakni, menyerah dan ’’menyerahkan diri’’ kepada tim evakuasi. Dia tinggal memberikan sepedanya kepada panitia dan menumpang supporting car sampai pit stop ketiga di Taman Besuki Santri. Tapi, dia tetap tidak mau menyerah. Dia terus melaju.

Eka akhirnya memang bisa sampai Taman Besuki Santri. Namun, ujian bagi dia tidak berhenti sampai di situ. Lelaki yang berulang tahun setiap 1 Oktober tersebut mengalami petaka saat melintasi tantangan terberat hari pertama di tanjakan Arak-Arak.

Saat rute menanjak, seorang pesepeda akan mengerahkan seluruh tenaganya ke pedal. Hal yang sama dilakukan Eka. Namun, tiba-tiba rantai sepedanya lepas. Akibatnya, dia kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Kakinya terluka. Lututnya bengkak. Bagi seorang pesepeda, lutut bengkak adalah pangkal semua rasa sakit. Sebab, setiap kaki memutar pedal, lutut bakal terus terasa nyeri yang luar biasa.

Matahari hampir tenggelam ketika Cipto S. Kurniawan merentangkan kedua tangannya ke udara saat bersepeda memasuki kawasan kantor bupati Jember, Sabtu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News