Jelang MEA, Siapkan Bursa SDM Migas

Jelang MEA, Siapkan Bursa SDM Migas
Jelang MEA, Siapkan Bursa SDM Migas

jpnn.com - DENPASAR - Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) masih menghadapi problem sumber daya manusia (SDM). Penyebabnya adalah karakteristik kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yang membuat perusahaan harus saling bajak karyawan.

Deputi Pengendalian Dukungan Bisnis Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) M.I. Zikrullah mengatakan, sebagian besar perusahaan KKKS yang baru memang membutuhkan karyawan berpengalaman. Sebab, perusahaan tersebut harus bergerak cepat dalam masa eksplorasi selama enam tahun pertama. Alhasil, perusahaan tak punya waktu untuk mendidik karyawan fresh graduate.

"Biasanya perlu waktu lima tahun untuk mematangkan pekerja migas. Jadi, mereka cenderung meminta tenaga kerja yang sudah jadi. Nah, tenaga kerja profesional inilah yang saat ini tidak seimbang antara supply dan demand. Sebab, sebagian besar tenaga kerja migas dari Indonesia justru bekerja di Timur Tengah," terangnya di sela raker TIK SKK Migas di Denpasar kemarin (14/11).

Karena itu, pihaknya kini berencana membuat bursa kerja yang dikhususkan untuk sektor migas. Dalam bursa tersebut, pihaknya berencana memetakan berapakah kebutuhan tenaga kerja setiap perusahaan dan yang tersedia saat ini. Hal itu berlaku untuk pekerjaan ahli maupun pendukung seperti pengacara atau keuangan.

"Selama ini yang dikeluhkan adalah soal informasi mengenai siapa saja yang bisa dipekerjakan. Karena itu, sistem yang akan kami buat adalah portal rekrutmen untuk menampung minat kedua pihak. Upaya ini perlu dilakukan untuk menambah pe­ngalaman tenaga kerja Indonesia. Dengan begitu, daya saing mereka akan bertambah saat MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) berlaku," ungkapnya.

Sebenarnya, pasar bebas sangat membantu industri hulu migas dengan persediaan tenaga kerja dari luar negeri. Namun, hal tersebut bakal merugikan masyarakat Indonesia jika mereka tidak siap. Sebab, kompetisi di industri mana pun bakal meningkat dengan penerapan MEA pada akhir 2015.

"Bisa dibilang, ini pedang bermata dua. Karena itu, kami terus bekerja sama dengan universitas untuk menyalurkan sarjana-sarjana ke industri migas. Tentunya dalam bentuk magang. Dengan begitu, tenaga kerja migas Indonesia bakal lebih matang saat MEA berlangsung," terangnya. (bil/c9/oki)


DENPASAR - Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) masih menghadapi problem sumber daya manusia (SDM). Penyebabnya adalah karakteristik kontraktor


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News