Netanyahu Gagal Menjegal Iran

Perundingan Nuklir dengan Amerika Serikat Jalan Terus

Netanyahu Gagal Menjegal Iran
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu berpidato di hadapan Kongres AS di Washington, DC, Rabu (4/3). fotoAFP/JPNN.com

jpnn.com - MONTREUX - Anjing menggonggong kafilah tetap berlalu. Pepatah itulah yang menggambarkan hubungan segi tiga Amerika Serikat (AS), Iran, dan Israel. Meski Israel berusaha menjegal dialog AS dan Iran terkait program nuklir, Menteri Luar Negeri John Kerry dan Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif tetap berunding. 

 Sejak Senin (2/3) Kerry dan Zarif bertemu di Kota Montreux, Distrik Riviera-Pays-d'Enhaut, Provinsi Vaud, Swiss. Mereka melangsungkan perundingan tentang nuklir Iran selama tiga hari berturut-turut atau hingga kemarin (4/3). Dua tokoh itu memang sengaja mengabaikan manuver Israel lewat pidato Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu di hadapan Kongres AS. 

 Dalam pidatonya, Netanyahu mencatut nama Kerry. Dia mengatakan bahwa politikus senior AS itu telah mengonfirmasikan adanya 190.000 sentrifugal pengaya uranium di Iran. "Artinya, dalam hitungan pekan, Iran akan bisa memproduksi senjata nuklir," papar pemimpin garis keras Israel tersebut. Pada 2012 dia menuduh Negeri Para Mullah itu akan memproduksi senjata nuklir mulai 2013.

 Seperti pernyataan Presiden AS Barack Obama, sampai sekarang pun tidak ada klaim Netanyahu yang terbukti. Bahkan, dia salah menerjemahkan pernyataan Kerry tentang nuklir Iran. Kemarin pejabat senior Departemen Luar Negeri AS berusaha meluruskan pemahaman salah Netanyahu tersebut. Dia menegaskan bahwa Kerry tidak pernah membiarkan Iran memproduksi senjata nuklir.

 "Kerry tidak berbicara seperti itu. Dia mengatakan kepada pemerintah Iran bahwa jika mereka menjalankan program nuklir sipil yang secara resmi menghasilkan energi listrik, mereka boleh saja memiliki sebanyak-banyaknya pembangkit nuklir, bahkan sampai sejumlah 190.000," terang pejabat yang mendampingi Kerry dalam perundingan di Swiss itu. 

 Tentang pidato Netanyahu, Obama kembali angkat bicara. Kali ini dia cenderung menegaskan kembali wacana yang disampaikannya pada awal pekan tentang analisis Israel. "Saya tidak akan mengomentarinya secara politik. Saya juga tidak akan mengomentari drama (pidato Netanyahu) ini. Sejauh ini, tidak ada yang baru dalam pidato tersebut," tandas pemimpin 53 tahun tersebut. 

 Pendapat yang sama dipaparkan Jubir Kementerian Luar Negeri Iran Marzieh Afkham. Mewakili Teheran, dia mengatakan bahwa pidato Netanyahu hanyalah rangkaian kata-kata yang membosankan. Sebab, semua hanya ulangan dan tidak ada yang baru. "Pidato Iranophobic (ketakutan terhadap Iran, Red) itu adalah tipu muslihat belaka. Tujuan utamanya adalah memenangi dukungan untuk pemilu," tukasnya. 

 Ya, di balik drama politik seputar pidato kontroversialnya dengan Iran itu, Netanyahu memang sedang punya kepentingan politik. Hal tersebut terkait dengan keinginannya untuk kembali mencalonkan diri dalam pemilu yang akan datang. Dengan tampil di hadapan Kongres AS, ketua Partai Likud itu punya kesempatan untuk menjadi perhatian dunia, tidak peduli apa yang dirinya sampaikan. Peluang itulah yang tidak dimiliki para pesaingnya. 

MONTREUX - Anjing menggonggong kafilah tetap berlalu. Pepatah itulah yang menggambarkan hubungan segi tiga Amerika Serikat (AS), Iran, dan Israel.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News