Kisah Pengungsi Rohingnya Menjalani Ramadan di Penampungan Medan

Makan Sahur dan Berbuka Menunggu Katering

Kisah Pengungsi Rohingnya Menjalani Ramadan di Penampungan Medan
Ilustrasi pengungsi Rohingnya. Foto: dok/Sumut Pos-JPNN

jpnn.com - LANTUNAN ayat-ayat suci Alquran terdengar dari sekelompok pria dan wanita dari setiap sudut kamar. Sebagian lagi tampak berdzikir mengucap lafadz Laila ha illallah. Beberapa pemuda memilih bercengkrama dan bercerita di halaman sambil berteduh di bawah pohon dari teriknya panas matahari.

Begitulah kira-kira gambaran suasana salah satu tempat pengungsian suku Rohingya, Myanmar, di Hotel Beraspati Jalan Jamin Ginting, Medan, Kamis (24/6) siang sekira pukul 12.15 WIB. Saat itu, wartawan Sumut Pos mencoba melihat lebih dekat aktivitas pengungsi muslim Rohingya di bulan Ramadan.

SUMUT POS, MEDAN

Usai memarkirkan kendaraan dan berjalan menuju salah satu kamar pria, seorang pemuda yang tampak berdiri dan memperhatikan langsung menyapa. "Assalamualaikum," ucap pemuda yang mengenakan sarung dan kaos oblong. Pemuda ini kemudian menyodorkan tangan untuk bersalaman.

Setelah salam terjawab, pria itu terdiam dan hanya memandangi saja. Rupa-rupanya tak fasih berbahasa Indonesia maupun Inggris. Dia kemudian memanggil temannya, yang berada di dalam kamar. "Darasu, Darasu," teriaknya yang dilanjutkan dengan percakapan berbahasa Myanmar.

Tak lama, teman pemuda itu datang menghampiri Sumut Pos hingga akhirnya saling berkenalan. Muhamad Darasu (22) namanya. Meski tak mahir, namun Darasu sedikit bisa berbahasa Indonesia.

Darasu menuturkan, ia bersama pengungsian lainnya di Hotel Beraspati sudah tinggal hampir dua bulan lamanya. "Kami di sini jumlahnya ada 118 orang, 110 laki-laki dan 8 wanita. Ada yang dari Myanmar dan juga Bangladesh," tuturnya.

Diutarakannya, pada bulan Ramadan para pengungsi berusaha khusuk menjalankan ibadah puasa. Untuk makan sahur dan berbuka, menunggu katering yang biasa datang mengantar. "Sebelum bulan Ramadan, di sini makan sehari tiga kali. Ketika puasa sehari dua kali, sahur dan berbuka. Kalau tidak puasa kami terkadang memasak sendiri. Namun, ketika puasa kami menunggu makanan diantar. Tapi, terkadang kami juga memasak sendiri seadanya karena tidak ada dapur umum," ungkap Darasu.

LANTUNAN ayat-ayat suci Alquran terdengar dari sekelompok pria dan wanita dari setiap sudut kamar. Sebagian lagi tampak berdzikir mengucap lafadz

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News