Terapis Anak Berkebutuhan Khusus itu Shock saat Sadari Anak Pertama Autis

Terapis Anak Berkebutuhan Khusus itu Shock saat Sadari Anak Pertama Autis
BUTUH KESABARAN: Tri Gunadi bersama istri, Anggita Yuliastuti, menemani si bungsu Verrin bermain di Klinik Tumbuh Kembang Anak Yamet, Cilandak. (Dian Wahyudi/Jawa Pos)

jpnn.com - Besok, 23 Juli akan diperingati sebagai Hari Anak. Diharapkan, peringatan itu menjadi momentum penyadaran atas hak-hak anak berkebutuhan khusus, terutama autis. Tri Gunadi salah satu di antara sedikit terapis yang aktif mengampanyekan red flag perlunya penanganan sejak dini anak-anak ”istimewa” tersebut.

 

DIAN WAHYUDI, Jakarta

----------------------------------------

KAKI remaja 15 tahun itu dikunci belahan kayu yang menyatu dengan lantai rumah. Mirip fungsi pasung untuk membatasi ruang gerak seseorang yang dianggap membahayakan lingkungan sekitar. Akibatnya, remaja yang mulai beranjak dewasa tersebut hanya bisa duduk atau tiduran di lantai rumahnya yang sederhana.

Rumah itu hampir tak memiliki perabot. Meja dan kursi tamu saja tak ada, apalagi televisi. Sangat mungkin perabot di rumah itu telah dirusak oleh remaja tersebut. Sebab, saat kumat dan mengamuk, dia bisa membanting apa saja yang ada di sekitarnya.

Ayah remaja itu bekerja sebagai tukang ojek. Sedangkan ibunya menjadi buruh cuci. ”Kasihan. Dia sebenarnya salah satu anak autis yang terlambat tertangani karena kurangnya pemahaman keluarga,” ungkap terapis Tri Gunadi saat ditemui Jawa Pos di Klinik Tumbuh Kembang Anak Yamet, Cilandak, Jakarta, awal pekan lalu. 

Kondisi keluarga itu makin memprihatinkan karena empat anak lainnya juga mengalami gangguan perkembangan mental seperti halnya si sulung. Mereka juga belum mendapatkan penanganan khusus sebagai pasien autisme. 

Besok, 23 Juli akan diperingati sebagai Hari Anak. Diharapkan, peringatan itu menjadi momentum penyadaran atas hak-hak anak berkebutuhan khusus,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News