Waduh! Rumah Sejarah yang Siarkan Kemerdekaan Dirobohkan

Waduh! Rumah Sejarah yang Siarkan Kemerdekaan Dirobohkan
Rumah Bung Tomo sebelum dirobohkan. Foto: pojokpitu

jpnn.com - SURABAYA— Sebuah rumah di Jalan Mawar No. 10 yang pernah digunakan oleh Bung Tomo untuk melakukan siaran radio kemerdekaan, tiba-tiba saja dirobohkan. Areal lokasi rumah yang terletak di pusat kota ini, sudah rata dengan tanah sejak kemarin.

Tidak heran bila tak ada yang tahu kalau rumah bersejarah ini rata dengan tanah karena ditutupi seng berwarna hijau setinggi hampir 3 meter. Tak ada aktivitas di lokasi. Yang terlihat hanya beberapa kuli bangunan yang sedang membongkar batu bata yang masih melekat di bangunan sebelahnya. Mahfud,  mandor bangunan mengatakan bahwa pekerjaan pembongkaran rumah ini sudah dilakukan sejak satu bulan yang lalu. 

"(Pembongkaran) ini sudah dilakukan satu bulan yang lalu. Dulu pembongkaran dilakukan 13 kuli, tapi karena bangunan sudah roboh, maka hanya ada dua kuli saja untuk meratakan bangunan," kata Mahfud. 

Mahfud mengaku, tak tahu pemilik rumah yang dihancurkannya. Mahfud juga mengaku tak tahu jika rumah yang diratakannya adalah bangunan cagar budaya. Mahfud hanya tahu,  dia telah menerima order proyek untuk merobohkan rumah itu, dan tugas tersebut sudah hampir diselesaikannya

"Saya juga tak tahu mau dibangun apa di tempat ini," kata Mahfud.

Beberapa warga sekitar sebenarnya mengetahui bahwa bangunan bernomor 10 itu adalah bangunan cagar budaya. Mereka juga tahu bahwa rumah tersebut dibongkar. Namun warga tak tahu, jika bangunan cagar budaya tak boleh dihancurkan.

Bagi perjuangan pergerakan kemerdekaan di Surabaya, rumah di Jalan Mawar 10 tersebut merupakan salah satu saksi bisu. Di dalam rumah itu Bung Tomo pernah membakar semangat warga Surabaya lewat corong radio di masa perang November 1945. Rumah itu disulap menjadi stasiun radio, sekaligus tempat persembunyian Bung Tomo. Orang menyebutnya radio Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia.

Selain Bung Tomo, ada Muriel Stuart Walker atau populer dengan nama Ktut Tantri yang bersiaran di sana. Perempuan asal Amerika Serikat yang kemudian menjadi penulis pidato Presiden Soekarno itu berjasa menyiarkan perjuangan Indonesia ke luar negeri dengan bahasa Inggris. Radio tersebut akhirnya diketahui oleh musuh, yang memaksa Bung Tomo memindahkannya ke Jalan Biliton.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News