Ini Pernyataan Paling Lemah dalam Sejarah OTT KPK

Ini Pernyataan Paling Lemah dalam Sejarah OTT KPK
Wakil Ketua KPK Basaria Pandjaitan (kanan), Wakil Ketua KPK La Ode Muhamad Syarif (tengah) dan Pelaksana Harian Kepala Biro Humas KPK Yuyuk Andriati, saat jumpa pers terkait Operasi Tangkap Tangan (OTT) di markas KPK, Kuningan, Jakarta, Rabu (29/6). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Rasa penasaran masih menyelimuti elite Partai Demokrat, usai salah seorang pengurus DPP-nya, I Putu Sudiartana ditangkap dan ditetapkan KPK sebagai tersangka suap.

Partai yang kini dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu telah bersikap, memberikan penghargaan kepada KPK yang menindak tegas siapa pun pelaku tidak pidana korupsi. Namun sebuah tanda tanya besar masih tersisa.

Wasekjen yang juga Jubir DPP Partai Demokrat Rachland Nashidik mengungkap keanehan operasi tangkap tangan (OTT) KPK terhadap Putu.

"Satu dua hari ini kami minta KPK memberikan bukti, bahwa kader kami memenuhi unsur OTT," ujar Rachland, dalam jumpa pers di Cafe De Pana, Jakarta, Rabu (29/6) malam.

Pasalnya, KPK tidak memberikan kejelasan OTT seperti apa yang diterapkan, berikut barang bukti sehingga Putu diciduk. "Biasanya OTT itu clear. Ada uang yang tertangkap tangan. Ini tidak ada penjelasan yang terang dari KPK," tandas Rachland di laman RMOL.

KPK memang tidak mengamankan uang (tunai) saat penangkapan tersebut. Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan menjelaskan Putu diduga menerima uang sebesar Rp 500 juta dari Yogan, dimana uang tersebut berasal dari Suprapto. 

Nah, uang tersebut diterima lewat tranfer antarbank. "Ini merupakan pernyataan paling lemah sepanjang sejarah KPK mengenai OTT. Ini bukanlah OTT yang lazim seperti yang kita ketahui," kata Rachland. (zul/rmol/jpnn)

JAKARTA - Rasa penasaran masih menyelimuti elite Partai Demokrat, usai salah seorang pengurus DPP-nya, I Putu Sudiartana ditangkap dan ditetapkan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News