1 Tahun Invasi Rusia ke Ukraina: Menguak Hipokrisi Amerika

1 Tahun Invasi Rusia ke Ukraina: Menguak Hipokrisi Amerika
Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Istana Kepresidenan Ukraina, Kiev, Senin (20/2). Foto: Evan Vucci / POOL / AFP

Laporan investigatif Global Times tentang keberadaan batalion yang dibentuk tahun 2014 ini, misalnya, mengungkap sejumlah bukti adanya indikasi kuat dukungan AS kepada paramiliter neo-Nazi yang terkenal karena kekejaman, aksi terorisme, dan kejahatan kemanusiaan mereka di Ukraina maupun provokasi separatisme mereka di sejumlah wilayah di luar Ukraina, termasuk kerusuhan Hong Kong tahun 2019.

Menurut surat kabar berpengaruh Tiongkok ini, Batalion Azov merupakan unit NGU yang didukung Kementerian Dalam Negeri Ukraina. Batalion ini diduga keras telah bekerja sama dengan politisi, perwira militer, dan intelijen AS untuk memperkuat kantong-kantong ekstremis di Eropa Timur guna melawan Rusia.

Mengutip laporan media-media AS sendiri, Global Times menyebutkan Central Intelligence Agency (CIA), misalnya, diam-diam telah melatih para personel operasi khusus elit dan intelijen Ukraina sejak 2015. Selain memberi pelatihan kemiliteran, seperti soal persenjataan, teknik kamuflase, taktik tempur dan intelijen, pada 2015 itu, sejumlah personel CIA juga telah melakukan perjalanan ke wilayah garis depan Ukraina timur untuk menemui mitra-mitra operasi mereka di sana.

Indikasi kuat dukungan Amerika melalui CIA kepada paramiliter neo-Nazi ini terlihat kontradiktif jika dibenturkan dengan rekam jejak kejahatan Azov selama ini. Mengutip laporan kantor Komisariat Tinggi Hak Azasi Manusia PBB, Global Times antara lain mencatat dugaan keterlibatan Batalion Azov dalam aksi-aksi penjarahan properti dan penggusuran warga sipil di wilayah timur Ukraina antara November 2015 dan Februari 2016.

Laporan badan PBB itu lebih lanjut menuduh para personel Batalion Azov memperkosa dan menyiksa para tahanan di wilayah Donbass selama periode itu. Kejahatan kemanusiaan Batalion Azov ini jelas melanggar hukum internasional dan Perjanjian Minsk (Global Times, 2022).

Rekam jejak kejahatan batalion paramiliter neo-Nazi yang menjadi bagian dari kekuatan militer Ukraina melawan Rusia ini tak disia-siakan Presiden Putin.

Dalam pidato kenegaraannya menjelang peringatan satu tahun operasi militer khususnya ke Ukraina itu, Presiden Putin terang-terangan menjustifikasi keputusannya tersebut dengan dalih hendak "medenazifikasi" Ukraina.

Terlepas dari salah-benar dalih Kremlin itu, Perang Rusia-Ukraina yang entah kapan berakhir ini telah membuka kotak pandora ketidakadilan sistem global dan hipokrisi Amerika. (ant)

Di balik berbagai aksi dan manuver Gedung Putih terkait perang di Ukraina, ternyata Amerika Serikat diam-diam tetap mengimpor minyak mentah dari Rusia


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News