18 Juta Warga Yaman Kelaparan, Obat-obatan Pun tak Ada
Blokade yang dilakukan Saudi kian memperparah situasi. Bantuan dari berbagai lembaga kemanusiaan tidak bisa masuk ke wilayah yang dikuasai Houthi.
Padahal, di dalamnya ada 18 juta penduduk Yaman dan mereka kekurangan pangan. Banyak di antaranya yang kelaparan.
Wabah kolera juga menjamur di mana-mana. Versi Komite Palang Merah (ICRC), jumlah penderita kolera mencapai 1 juta orang. Penyakit difteri juga mulai bermunculan.
PBB menyebut kejadian di Yaman sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Makanan dan obat menjadi barang yang luar biasa langka. Kalaupun ada, harganya meroket. Rata-rata kenaikan obat mencapai 300 persen.
Sistem kesehatan di Yaman dalam kondisi genting. Saat ini hanya 45 persen fasilitas kesehatan yang masih berdiri. Itu pun pelayanannya terbatas. Sisanya rata dengan tanah karena serangan udara.
Nasib para dokter dan tenaga medis juga tak kalah tragis. Mereka tak lagi menerima gaji setelah pemerintah memindahkan Bank Sentral dari Sanaa ke Aden pada akhir 2016 lalu, tepatnya ketika Houthi menguasai sebagian besar Sanaa. Sekitar 1,2 juta PNS mengalami nasib serupa.
Kondisi tersebut membawa ’’rezeki’’ bagi orang-orang yang membuka pengobatan tradisional. Kian hari pasien mereka kian banyak. Antrean selalu mengular dan tak pernah sepi.
Pemerintah abai dan tak pernah melakukan pengawasan. Siapa saja yang merasa mampu bisa membuka pengobatan herbal.
Perang, perebutan kekuasaan, dan blokade membuat pemerintahan di Yaman lumpuh. Harga bahan pangan dan obat-obatan meroket.
- Catatan Ketua MPR: Mencermati Dampak Eskalasi Ketegangan di Timur Tengah
- Konflik Timur Tengah: Pemerintah Diminta Cari Alternatif Pasokan Minyak dari Negara Lain
- Kondisi Ekonomi Indonesia Masih Kuat Hadapi Dinamika Geopolitik Timur Tengah
- Cegah Dampak Konflik Timur Tengah pada Indonesia, Pemerintah Harus Siapkan Langkah Cepat
- Israel Dikabarkan Menyerang, Warga Iran Pilih Lanjutkan Tidur
- DPR Apresiasi Langkah Nyata Pemerintah RI Cegah Dampak Konflik Timur Tengah