2 Anak Madrasah Berpacaran, 4 Hari Kemudian, Oh, Terjadilah

2 Anak Madrasah Berpacaran, 4 Hari Kemudian, Oh, Terjadilah
Suhaimi dan Nur Herawati, pasutri yang memutuskan merariq kodek Dusun Montong Praje Timuq Desa Pengenjek, Pringgarata Loteng, Selasa (15/9). Foto: Dedi/Lombok Post

Suhaimi ingin membuktikan bahwa keputusannya menikah dini menjadi pilihan yang tepat.

Dengan menikah dini itu, dia berharap bisa makin semangat bekerja. Dengan menikah, dia berharap bisa menghindari dosa.

Uang kebutuhan pernikahan diperoleh dari kantongnya sendiri. Tidak sampai menyusahkan orang tua, keluarga atau kerabat terdekat lainnya.

“Maharnya uang Rp 2 juta, tanpa seperangkat alat salat,” cerita Suhaimi.

Sedangkan uang untuk keluarga mempelai perempuan diberikan sebesar Rp 6 juta.

Itu diluar uang untuk syukuran. Karena pandemi Covid-19, dia memutuskan tidak ada acara resepsi, cukup dengan akad nikah saja.

Sementara itu Nur Herawati mengaku akan setia untuk suami tercinta.

Dia tidak ingin meniru kedua orang tuanya, yang bercerai. Dia ingin keluarganya tetap utuh.

2 Anak madrasah itu akhirnya tukar nomor telepon. Komunikasi berlanjut hingga mereka pun ketemu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News