2022, Sumber Kerugian GoTo Didominasi oleh Aspek Non-kas

2022, Sumber Kerugian GoTo Didominasi oleh Aspek Non-kas
Ilustrasi GoTo. Foto: goto

Sehingga berdampak terhadap pendapatan bersih Perseroan melonjak 120% atau sebesar Rp 6,1 triliun menjadi Rp 11,3 triliun pada 2022.

Sejumlah kebijakan yang dilakukan manajemen GoTo pada 2022 juga telah berdampak positif terhadap efisiensi bisnis perusahaan.

Sebagai contoh, upaya penghematan yang dilakukan pada kuartal IV-2022 mampu menurunkan beban operasional tetap rata-rata bulanan hingga 20 persen pada periode Januari-Februari 2023 senilai sekitar Rp 200 miliar. Jumlah ini diperkirakan akan terus membesar hingga akhir tahun.

Sementara berkurangnya insentif dan pemasaran produk pada kuartal IV-2022 sebesar 34 persen dibandingkan periode sama tahun 2021, mampu memangkas pengurangan beban kuartalan hingga senilai Rp2,8 triliun. Menariknya, berkurangnya insentif tetap tak mengurangi transaksi konsumen di ekosistem digital terbesar di Indonesia ini.

Sepanjang 2022, jumlah pelanggan loyal segmen On-Demand Services dan E-Commerce GoTo berhasil tumbuh 19 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Gross Transaction Value (GTV) pelanggan Grup GoTo pada tahun lalu tumbuh 33 persen menjadi Rp 613 triliun dibandingkan Rp 462 triliun pada 2021.

Dampaknya, take rate 2022 pada segmen bisnis On Demand Services dan E-Commerce tumbuh masing-masing 234 bps dan 32 bps dibandingkan tahun sebelumnya.

“Saat ini fokus kami adalah membangun infrastruktur layanan yang akan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan menguntungkan secara jangka panjang. Hal ini menegaskan bahwa kami berada dijalur yang tepat untuk mencatat nilai EBITDA positif yang disesuaikan pada kuartal keempat 2023,” jelas Direktur Utama Grup GoTo, Andre Soelistyo, dalam siaran pers, Senin (20/3).

Meski masih mencatatkan kerugian di akhir tahun, secara fundamental semua pilar bisnis ekosistem digital ini mencatatkan pertumbuhan luar biasa.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News