3 Tahun tak Ada Impor Beras, Mentan SYL Apresiasi Kontribusi Pupuk Indonesia

3 Tahun tak Ada Impor Beras, Mentan SYL Apresiasi Kontribusi Pupuk Indonesia
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (ketiga dari kiri) saat menghadiri Halal Bihalal di PT Petrokimia Gresik, Selasa (10/5). Foto dok Pupuk Indonesia

Meski kinerja pertanian meningkat, Mentan mengungkapkan ada beberapa tantangan yang dihadapi Indonesia. Mulai dari penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan, perubahan iklim yang ekstrim, hingga perang Rusia-Ukraina yang berdampak pada pasokan bahan baku pupuk.

"Kita menghadapi ancaman dunia yaitu krisis yang berlapis dan semua tentang pangan. Lalu tantangan energi, fosfat jadi mahal, semua impor yang dijadikan pupuk itu bersoal, karena tiba-tiba lagi ada perang, kita banyak tergantung, kalau kita tidak hati-hati besok akan bersoal," ungkapnya.

Sementara Direktur Utama Pupuk Indonesia, Bakir Pasaman menyatakan pihaknya siap bermitra dengan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pupuk di tengah ancaman perang antara Rusia dengan Ukraina.

Adapun upaya yang akan dilakukan Pupuk Indonesia Grup salah satunya dengan menambah kapasitas produksi.

Khusus pupuk NPK saat ini masih sekitar 2,7 juta ton dan akan menambah sekitar 500 ribu ton melalui pabrik yang berada di kawasan Iskandar Muda, Aceh.

"Kami berusaha semaksimum mungkin, apa pun yang terjadi kami bersama-sama menyiapkan pupuk sebanyak-banyaknya sesuai harapan Pak Menteri (SYL)," kata Bakir.

Selain itu, Bakir juga memaparkan stok pupuk subsidi dari lini I sampai lini III secara nasional saat ini berjumlah 1,4 juta ton atau setara 137% dari ketentuan minimum yang ditetapkan oleh pemerintah.

"Di lini III terdapat stok sebesar 401.106 ton, angka tersebut secara prosentase sudah 137 persen melebihi dari ketentuan stok minimum yang ditetapkan oleh pemerintah atau cukup untuk memenuhi kebutuhan sampai tiga minggu ke depan," ungkap Bakir.(chi/jpnn)


Orang bilang kalau tidak impor beras akan menjadi bencana, ternyata enggak tuh, karena ada Pupuk Indonesia dan Petrokimia yang kerja di lapangan.


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News