48 Santri di Tarakan Jadi Korban Pencabulan Pemuda Penyuka Sesama Jenis

48 Santri di Tarakan Jadi Korban Pencabulan Pemuda Penyuka Sesama Jenis
Ilustrasi pencabulan. Grafis: Rahayuning Putri Utami/JPNN.com

"Selain melakukan investigasi, tim yang kami bentuk ini, tim himpuan psikologi, kami lakukan asesmen korban pelecehan seksual. Dari 200 santri yang kami periksa, ternyata ada 48 anak yang mengaku menjadi korban dari pelaku RD," terang Maryam. 

Mirisnya, dari 48 santri yang menjalani asesmen dengan DP3A, terdapat 5 anak laki-laki diantaranya yang mengaku dicabuli pelaku berulang-ulang kali.

"Ada yang 2 sampai 3 kali, dan ada juga yang hanya sekali," ungkapnya.

RD yang diduga memiliki kelainan seksual itu, kerap menggunakan modus ini kepada para korbannya.

"Pelaku bilang begini ke semua korban, kalau digitukan, saat sunat nanti tidak merasakan sakit. Karena korban masih belum mengerti mereka mengiyakan," ucapnya.

Maryam mengungkapkan, kalau RD adalah oknum dari luar Ponpes. Selama ini RD kerap mengikuti setiap agenda kegiatan agama di Ponpes tersebut.

RD yang dianggap memiliki ilmu agama, dipersilahkan untuk terlibat mengawasi para santri. 

"RD ini orang luar Ponpres. Selama ini dia cuman ikut-ikut kegiatan di Ponpres. Pihak ponpes membiarkan RD masuk ke dalam lingkungan ponpes, bahka RD di percaya mengawasi para santri di sekitar Ponpres," kata Maryam.

DP3A Kota Tarakan mengungkap jumlah santri yang menjadi korban pencabulan RD, totalnya ada 48 anak laki-laki di bawah umur.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News