54 Persen Pekerja Pernah Alami Stunting, Pakar Kebijakan Publik: Perkuat Peran BPOM

jpnn.com, JAKARTA - Pakar kebijakan publik sekaligus dosen Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani), Riant Nugroho mengungkapkan permasalahan stunting di Indonesia, erat kaitannya dengan peran Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Mengingat salah satu penyebab utama stunting dipengaruhi dari asupan makanan dan obat.
Poin tersebut disampaikan Riant Nugroho dalam dialog terbuka "Inovasi Kebijakan dalam Menghadapi Tantangan Pengawasan Obat dan Makanan" yang digelar Fakultas Farmasi Unjani, baru-baru ini.
Riant menjelaskan kondisi stunting pada anak ditentukan sejak masih janin di dalam kandungan.
Asupan suplemen yang diperoleh janin saat dalam kandungan mempengaruhi tumbuh kembang.
Begitu pula asupan makanan yang diberikan kepada sang anak setelah lahir.
Makanan, vitamin hingga vaksin yang diberikan mengambil peran penting dalam pertumbuhan anak.
"Kalau apa yang masuk ke tubuh jelek, maka hasilnya juga jelek," kata Riant kepada awak media.
54 persen tenaga kerja di Indonesia mengalami stunting saat masa anak-anak, pakar kebijakan publik berkomentar begini.
- BPOM Tingkatkan Pengawasan Implementasi Farmakovigilans Lewat PMR
- Menko PMK Minta Penanganan Stunting di Polewali Mandar Dioptimalkan
- Bantu Kurangi Stunting, Health Provider Ajinomoto Gencar Mengedukasi Kader Posyandu
- BPJS Ketenagakerjaan dan PT SIL Bersinergi, Pastikan Seluruh Pengemudi Truk Terlindungi
- Harpelnas, BPJamsostek Tanjung Morawa & PTPN 2 Serahkan Santunan Kematian dan Beasiswa
- Herman Deru Paparkan Capaian Pemprov Sumsel, dari Penurunan Stunting Hingga Tekan Kemiskinan