Abaikan Seruan PBB, Rezim Militer Myamar Terus Tangkap Loyalis Suu Kyi

Abaikan Seruan PBB, Rezim Militer Myamar Terus Tangkap Loyalis Suu Kyi
Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi mengunjungi rumah sakit sementara petugas medis menerima vaksin virus corona (COVID-19) buatan AstraZeneca COVISHIELD setelah negara tersebut menerima 1,5 juta dosis vaksin yang diproduksi oleh Institut Serum India, di Naypyitaw, Myanmar, Rabu (27/1/2021). Foto: ANTARA /REUTERS/Thar Byaw/HP/djo

jpnn.com, NAYPIDAW - Militer Myanmar belum berhenti melakukan penangkapan terhadap elemen-elemen demokratis di negara tersebut, bahkan saat Dewan Keamanan PBB menyerukan pembebasan.

Terbaru, rezim militer menangkap anggota senior Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi, Win Htein. 

Berbicara melalui telepon, Jumat (5/2), eks tahanan politik yang puluhan tahun berkampanye untuk menghentikan kekuasaan militer itu mengatakan kepada Reuters bahwa dia dijemput oleh petugas polisi dengan mobil dari Yangon menuju ibu kota Naypyidaw.

Pria 79 tahun itu tidak menyebutkan tuduhan apa yang ia hadapi. "Kami terus-terusan diperlakukan buruk. Saya tidak pernah takut dengan mereka, sebab saya tidak melakukan kesalahan seumur hidup saya."

Pemimpin terpilih Suu Kyi ditangkap sejak Senin (1/2), ketika dijatuhkan oleh militer atas nama penyimpangan dalam pemilu November lalu.Suu Kyi menghadapi tuduhan telah mengimpor enam radio walkie-talkie secara ilegal, seperti yang ditunjukkan dokumen kepolisian.

Dewan Keamanan PBB pada Kamis menyerukan pembebasan Suu Kyi dan tahanan lainnya dan menyatakan prihatin dengan situasi di Myanmar. Badan tersebut menghentikan sesaat kecaman kudeta, yang menghentikan transisi panjang menuju demokrasi.

Menurut Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) Myanmar, sekitar 147 orang ditangkap sejak kudeta, termasuk para pegiat, anggota dewan dan pejabat dari pemerintahaan Suu Kyi. (ant/dil/jpnn)

Militer Myamar belum puas menggerus elemen demokrasi di negara itu setelah menangkap Aung San Suu Kyi dan petinggi pemerintahan lainnya


Redaktur & Reporter : Adil

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News