Adu Kepentingan di Pusaran Konflik Ukraina

Tuduh Barat Sengaja Kobarkan Perpecahan

Adu Kepentingan di Pusaran Konflik Ukraina
Adu Kepentingan di Pusaran Konflik Ukraina

Melalui media, UE dan AS menyebut Yanukovych sebagai diktator. Itu merujuk pada perundangan yang baru saja dia resmikan tentang kebebasan berkumpul dan menyampaikan pendapat. Berdasar aturan tersebut, Ukraina berusaha membungkam oposisi. Aparat Ukraina juga lantas merazia besar-besaran dengan dalih menerapkan aturan anyar tersebut.

Bukan hanya itu, pemimpin 63 tahun itu juga dengan gampangnya mencap organisasi-organisasi asing di Ukraina sebagai antek asing. Bahkan, pemerintahan Yanukovych mengancam menjebloskan para demonstran yang menggunakan topeng atau topi tinggi selama protes ke penjara. Pemerintah juga melarang operasional seluruh media dan kantor berita yang tidak terdaftar di Ukraina.

Selain membenahi legislasi, Yanukovych membersihkan pemerintahannya dari orang-orang moderat. Salah satunya adalah memecat Serhiy Liovochkin yang menjabat direktur administrasi kepresidenan. Menurut kabar, posisi yang masih kosong hingga sekarang itu akan diisi seorang tokoh radikal. Dengan demikian, lawan politik Yulia Tymoshenko tersebut bisa bebas mengumbar kediktatoran.

Namun, pengamat politik CNN tidak yakin Yanukovych bisa membangun takhta diktator di Ukraina. Setidaknya, ada tiga alasan yang membuat politikus ambisius itu harus bekerja keras mempertahankan jabatan atau memimpikan dirinya terpilih kembali dalam pemilu 2015. Alasan pertama adalah dukungan rakyat. Sejauh ini dukungan rakyat terhadap Yanukovych rendah.

Menurut survei terbaru, sekitar 50 persen rakyat Ukraina mendukung unjuk rasa oposisi. "Sebanyak 25 persen lain menyatakan siap terlibat dalam aksi protes bila memang diperlukan," terang CNN mengutip hasil survei independen. Alasan kedua adalah faktor Yanukovych sendiri. Selama menjadi pemimpin, dia tidak pernah menunjukkan kewibawaan atau kepercayaan diri.

Alasan ketiga yang terpenting adalah perekonomian. Sebagai salah satu negara Eropa yang terdampak krisis finansial, Ukraina tidak memiliki model perekonomian yang mendukung kediktatoran.

Sampai sekarang, kondisi makroekonomi Ukraina terlalu rapuh. Iklim bisnis dan investasi di negara tersebut juga tidak pernah bagus. Padahal, diktator butuh dukungan ekonomi yang kuat.(AP/AFP/CNN/BBC/RT/hep/c14/tia)

 

Sejak akhir November 2013, ibu kota Ukraina berubah menjadi panggung protes oposisi. Barikade yang terbuat dari sisa dan puing kendaraan menutup


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News