Agar Pasien Tak Lagi Gunakan Kobokan di Perut

Agar Pasien Tak Lagi Gunakan Kobokan di Perut
KARYA KREATIF: Dokter Vicky memperlihatkan batok kolostomi hasil desainnya. Foto: Freddy Nico for Jawa Pos

Setidaknya kreasi sederhana itu membantu pasien yang kesulitan biaya. Juga agar mereka bisa memakai alat yang lebih layak. Sebab, keterbatasan dana tidak berarti terbatas ide.

Penyuka makanan tradisional Jawa itu mengakui, ada kalanya pasien membuat kantong dari bahan-bahan yang tidak biasa.

Mulai penutup galon air, kobokan, disumbat kain sarung, hingga bra pun disulap jadi kantung kolostomi. ”Kasihan kalau lihat pasien pakai kobokan di perutnya. Tapi, juga lucu, hehe,” ujarnya, lantas tertawa.

Untungnya, penelitian itu didukung Kepala Departemen Ilmu Bedah dr Agung Prasmono SpB BTKV K MARS dan segera digunakan sebagai alternatif. Alhasil, banyak pasien yang terbantu. Selain menghemat biaya, mereka terhindar dari iritasi bila memakai colostomy bag non-karaya gum.

Batok kolostomi itu bisa dibeli seharga Rp 6.000. Sebenarnya, Vicky pun tidak ingin menarik biaya. Namun, hasil jualan tersebut digunakan sepenuhnya untuk membayar jasa tukang bor batok serta membeli bahan baku yang tidak lagi gratis. (Priska Birahy/c6/dos)

 

DOKTER Vicky S. Budipramana prihatin betul. Dia menyaksikan pasien kanker usus besar (kolon) terus bergelimpangan dengan kulit perut yang iritasi


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News