Ahli Epidemiologi Sebut Libur Panjang Bagai Dua Mata Pisau, Ini Alasannya
jpnn.com, JAKARTA - Ahli epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai libur panjang Lebaran 2022 sebagai dua mata pisau.
Menurut dia, hal tersebut bisa berdampak baik dan buruk bergantung pada manajemen pemerintah pusat dan daerah dalam meminimalkan risiko saat masyarakat mudik.
"Akan ada pergerakan bersama yang besar sekali sebelum tanggal 29 yang melibatkan banyak orang. Nah, risiko ini harus kembali dimitigasi," kata Dicky, Kamis (7/4).
Libur panjang dinilai akan memicu banyaknya masyarakat yang mudik dan potensi dampak buruk berupa penyebaran Covid-19.
Untuk itu, Dicky menekankan pentingnya imunitas masyarakat melalui vaksinasi Covid-19.
"Dalam hal ini, dosis dua maupun booster menjadi sangat penting," tambahnya.
Dicky mengaku tidak bisa memastikan dampak yang akan terjadi dari libur panjang Idulfitri.
Meski begitu, jika masa mudik Lebaran bisa dilalui tanpa lonjakan kasus Covid-19, itu merupakan pencapaian yang baik.
Ahli Epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman menyebut libur panjang Lebaran 2022 sebagai dua mata pisau
- Rayakan Paskah & Idulfitri, TBIG Bantu Yatim dan Lansia di 3 Provinsi
- Gandeng Pfizer, AMPHURI Ingatkan Calon Jemaah Umrah & Haji Cegah Pneumonia dengan Vaksinasi
- Perlindungan Kesehatan, Prudential Gelar Vaksinasi untuk Karyawan dan Keluarga
- Halalbihalal UNTAR 2025 Merajut Harmoni, Menyongsong Kemenangan dalam Keberagaman
- Kemenkes & Takeda Edukasi Pentingnya Pencegahan Dengue, Jangan Tunggu Wabah Datang
- Satgas Ramadan & IdulFitri Pertamina Dinilai Berhasil Memitigasi Lonjakan Permintaan BBM