Ahli i3l Sebut Pemanfaatan Produk Bioteknologi di Indonesia Sangat Rendah

Ahli i3l Sebut Pemanfaatan Produk Bioteknologi di Indonesia Sangat Rendah
Pemanfaatan produk dari bioteknologi di dalam negeri masih sangat rendah. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Ideonella sakaiensis beradaptasi dengan kodisi lingkungan dan mampu mengurai polyethylene terephthalate (PET), salah satu unit kimia yang digunakan dalam memproduksi botol plastik.

"Bayangkan jika ada spesies bakteri lain asli Indonesia bisa ditemukan di lokasi pembuangan sampah seperti Bantar Gebang, Bekasi. Itu adalah salah satu contoh solusi ditawarkan bioteknologi," beber dia.

Selain itu, Mario mengatakan penemuan lain adalah pada Phytomining (phyta: tumbuhan, mining: menambang) adalah salah satu metode dalam bioteknologi lingkungan dengan memanfaatkan tumbuhan untuk mengambil mineral tertentu.

Tanaman itu bisa menyerap kobalt, nikel, dan besi dari perut bumi tanpa perlu membuat lubang besar menganga di tanah.

"Hal ini sudah mulai diteliti secara lebih mendalam oleh ilmuan di Australia," ungkap dia.

Australia memanfaatkan tanaman asli Crotalaria novae-hollandiae, yang telah beradaptasi untuk memanfaatkan kobalt dari dalam tanah. Untuk bisa mendapatkan kobalt murni dari tanaman tersebut, proses ekstraksi dan purifikasi lanjut masih harus dilakukan.

"Bayangkan, jika ada tumbuhan atau mikroorganisme asli Indonesia yang mampu mengekstraksi emas, tembaga, atau nikel dari dalam tanah tanpa perlu membuka lokasi tambang baru," ungkap Mario.

Namun, sayangnya hal itu belum terjadi di Indonesia.

Ahli Bioteknologi dari Indonesia International Institute for Life Sciences Mario D. Bani mengatakan pemanfaatan produk dari bioteknologi di dalam negeri masih sangat rendah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News