Aktivis Lingkungan: Rencana Pelabelan BPA Galon Membuat Kami Patah Hati

Aktivis Lingkungan: Rencana Pelabelan BPA Galon Membuat Kami Patah Hati
Wakil Ketua Komisi IV DPR Anggia Erma Rini menjadi pembicara dalam Diskusi Dialektika Demokrasi bertema Menyoal Kebijakan Pelabelan Kemasan dan Dampaknya Terhadap Lingkungan di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (7/7). Foto: Ricardo/JPNN.com

Di kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komisi IV DPR Anggia Erma Rini sependapat dengan Tenia, kebijakan untuk mengurangi produksi plastik ini sangat penting.

Namun, hingga saat ini belum ada. Terkait pajak plastik sempat dibahas di Badan Anggaran DPR, namun gagal.

“Jadi, kalau kita lihat di masyarakat tentang plastik ini kan tidak hanya masyarakat itu enggak tahu, masyarakat enggak paham betul, apa yang harus dikritik terhadap sampah plastik ini,” ungkap Anggia.

Politikus PKB ini mendorong agar pemerintah segera membuat regulasi komprehensif terkait pengelolaan sampah plastik.

“Artinya sebenarnya harus ada kebijakan yang memang komprehensif, kalau kita memang harus benar-benar mengelola atau punya komitmen yang tinggi terhadap pengelolaan sampah,” tutur Anggia.

Sementara itu, anggota Komisi IX DPR Darul Siska mengungkap belum ada pembicaraan apapun dengan BPOM sebagai mitra kerja Komisi IX terkait rencana pelabelan BPA terhadap air minum kemasan.

“Secara spesifik saya jujur mengatakan Komisi IX belum mendiskusikan dengan badan POM,” ungkap Darul.

Data yang dikumpulkan para pemerhati lingkungan jika tidak ada kisruh BPA dan masyarakat tetap menggunakan galon air minum guna ulang, maka bisa menghemat sampai 250.000 ton plastik per tahun. 

Aktivis Lingkungan Swietenia Puspa Lestari menyebut rencana pelabelan BPA pada galon air minum guna ulang membuat para pemerhati lingkungan kecewa.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News